11 September 1942
Terlihat beberapa tiang besar mengiringi sepanjang jalan bangunan megah itu. Samar-samar terdengar langkah kaki. Bayangan pria itu terlihat mengarah ke Selatan. Alunan musik terus mengiringi pria yang kini melangkah menyusuri bangunan megah. Dua orang tentara menyapa memberikan hormat. Tiba ia di depan pintu besar. Sebelum masuk, ia mengetuk pintu tersebut. Seorang pria, dengan wajah bule lengkap dengan brewoknya, langsung menghampiri pria yang baru saja masuk.
"Apa kabar, Omar? Kau terlihat sangat rapi hari ini," tanya pria dengan berbahasa Inggris yang kental dengan aksennya. Arsen merangkul Omar, membawanya menuju meja tamu. Omar dan Arsen sudah menjadi sahabat sejak Omar dijadikan tentara Inggris.
"Kabar baik, Arsen. Ada apa kau memanggilku?" tanya Omar, setelah mereka duduk di sofa berbahan kulit primer. Omar sebenarnya tidak heran Arsen memanggilnya. Akan tetapi, melihat banyak koper dan persenjataan di dalam ruangannya, mendadak ia bingung.
"Baguslah. Aku membawakan tugas untukmu. Tugas sekaligus liburan, menurutku. Kita akan bertugas di kampung halamanmu," seru Arsen bersamaan dengan ia yang memasang ekspresi bahagianya.
"Tugas?" tanya Omar penuh penasaran.
"Kita akan menjaga perbatasan wilayah Indonesia dan Jepang."
"Mengapa harus di Indonesia?"
"Aku hanya menuruti perintah atasan kita. Tidak mungkin jika kita menolak, kan? Lagi pula, aku senang jika kita ditugaskan ke Indonesia. Wanita-wanita pribumi sangat cantik," tutur Arsen yang sepertinya sedang membayangkan wanita-wanita pribumi.
"Baiklah. Kapan kita berangkat?"
"Sekarang juga!"
***
27 Maret 1911
Di dalam bangunan megah seperti bangunan kerajaan, seorang pria berlari terburu-buru. Ia menghampiri pria paruh baya yang sedang menyantap minumannya.
"Selamat siang, Tuan. Saya membawa kabar," tutur sang prajurit.
"Kabar apa?" tanya Tuan Sulaeman.
"Saya membawa pasangan yang ingin melarikan diri dari wilayah ini, " jelas sang prajurit.
"Siapa gerangan?" tanya sang Tuan.
"keluarga dari kasta rendah. Yang mulia bisa melihatnya sendiri di luar," jelas sang prajurit, sambil mengantar tuannya keluar.
Setelah sang Tuan keluar, ia melihat pesangan yang sedang duduk bersujud sambil memohon ampun. "Beraninya budak macam kalian ingin melarikan diri!" bentak Sualeman terdengar angkuh. Ia lalu memerintahkan pengawal agar segera memberikan mereka hukuman.
"Pengawal, beri mereka hukuman mati!"
"Ampun, Tuan. Kami tidak bermaksud kabur. Kami hanya terhasut oleh ajakan Belanda. Maafkan kamu, Tuan!" kata sang istri yang sedang menyatukan tangannya dan menangis tersedu.
"Tidak ada ampun untuk kalian. Kalian sama saja ingin berkhianat kepadaku. Pengawal, cepat hukum suaminya terlebih dahulu, baru istrinya," perintah Sulaeman.
Pasangan pria, bernama Wisnu, terlebih dahulu diberikan hukuman. Hukumannya adalah dipukul oleh kecutan sampai mati. Saat pria tersebut sedang dihukum, datanglah seorang anak kecil, yang ternyata anak dari pasangan yang sedang dihukum.
"Ayah, Ibu!" Sang anak berteriak. "Mengapa kau memukul ayahku?" marah sang anak kepada pengawal yang sedang menghukum ayahnya.
Sulaeman langsung tertawa melihat anak kecil tersebut. "Ternyata kau mempunyai seorang anak. Lebih baik aku apakan anak ini?" Sulaeman tersenyum sinis.
"jangan berani-beraninya kau menyentuh anakku! Hukum saja aku, jangan kau menghukum orang tak bersalah!" bela Minah, selaku isteri dari Wisnu sekaligus ibu dari sang anak tersebut. Ia sedang memeluk anaknya.
"Seorang anak harus menanggung dosa orang tuanya, pergi dan lihatlah ayahmu!" perintah Sualeman.
Wisnu sudah tidak bernyawa. Darah melumuri tubuhnya. Sang anak membuka tali yang mengikat tangan ayahnya. Anak kecil tersebut menangis histeris.
Di sisi lain, Minah langsung berlari menyandera anak dari Sulaeman yang sedang hamil. Ia menarik tusukan konde di kepala sang putri tersebut. Minah langsung mengarahkannya ke leher sang putri tersebut. Mata Minah benar-benar menyorotkan kebencian. Pengawal segera bergesas untuk melepaskan todongan tusuk rambut tersebut.
"Jangan bergerak atau ku bunuh dia dan anaknya!" Para pengawal langsung berhenti.Â
"Lepaslah perhiasan yang ada pada tubuhmu, berikan kepadaku! Jangan membantah, atau sayatan ini akan bertambah dalam," ancam Minah.
Sang putri langsung melepas perhiasan yang ada di leher dan tangannya. Ia berikan kepada Minah. Minah langsung melempar perhiasan tersebut kepada anaknya. "Pergilah, Nak! Pergi sejauh mungkin dan jangan kembali lagi kesini!" perintah sang ibu kepada anaknya.
Sang anak ketakutan. Ia takut jika ibunya dibunuh, tetapi ia juga tidak bisa membantah perintah ibunya. Akhirnya, sang anak memutuskan untuk pergi membawa perhiasan -- perhiasan tadi.
Minah langsung menjatuhkan tusuk rambut dari leher sang putri dan langsung terkulai lemas. Yang terjadi pada akhirnya, yaitu naaih Minah sama seperti nasib suaminya.
Sementara itu, para pengawal yang lain langsung mengejar anak kecil yang tadi berhasil kabur. Mereka mencari sampai ke gunung. Akan tetapi, anak kecil tersebut tidak berhasil ditemukan.
***
Banyak orang yang sedang mengangkut barang - Â barangnya dan turun dari atas kapal. Banyak juga orang yang sedang mengangkut barang -- barangnya dan naik ke atas kapal. Seorang anak kecil sedang melihat pemandangan tersebut. Tiba -- tiba, anak kecil tersebut melihat seorang bule yang akan menaiki kapal. Anak kecil tersebut langsung menghampiri sang bule. "Bawa aku denganmu," pinta anak kecil tersebut. Sang bule tersebut mengerti apa yang dikatakan anak kecil tadi karena ia bisa berbahasa Indonesia. Sang bule, yang bernama Victor, kebingungan. Akan tetapi, meliat tingkah anak kecil tersebut membuatnya iba. Akhirnya Victor membawa anak kecil tersebut. Anak kecil yang sebelumnya melarikan diri dari kejaran pengawal dan diperintahkan ibunya.
***
Arsen dan Omar sudah tiba di Indonesia. Indonesia sudah banyak berubah. Omar menyadarinya. Arsen langsung beristirahat di ruangan yang sudah disiapkan, sedangkan Omar berkeliling terlebih dahulu. Omar berkeliling hingga jauh dari tempat ia dan Arsen ditugaskan.
Malam harinya, Omar dan Arsen sedang jalan -- jalan menikmati indahnya kota Batavia. Mereka menaiki kereta. Saat kereta turun, tiba -- tiba lampu dekat kereta padam. Omar melihat seseorang berlari membawa senapan. Omar dengan rasa penasannya mengerjar orang tersebut dan meninggalkan Arsen. Orang tersebut berpakaian serba hitam. Omar kewalahan mengejar orang tersebut karena energinya habis setelah dipakai perjalanan jauh dan Omar kewalahan melompati atap rumah dari satu ke yang lainnya mengikuti orang berpakaian hitam tadi.
Omar melihat dari jauh, orang yang tadi dikejarnya sedang membidik sesuatu. Setelah Omar lihat, ternyata orang tadi sedang membidik seorang pria yang akan menembak orang lain.
Duarrrr.....
Terdengar suara tembakan yang tak lain berasal dari seseorang yang dikejar oleh Omar. Seseorang itu berhasil menggagalkan rencana jahat targetnya. Omar langsung menghampiri orang tersebut, tetapi orang tersebut menyadari pergerakannya dan ia pun segera kabur. Omar berhasil mengejarnya. Orang itu tertangkap. Omar baru menyadari, ternyata pembidik tadi adalah seorang wanita, walaupun wanita itu memakai penutup wajah yang hanya terlihat matanya saja. Omar pun sama dengan wanita tersebut, ia memakai penutup wajah.
***
Keesokan harinya, seorang gadis cantik datang ke kantor Inggris untuk menyampaikan surat dari kakeknya, pemimpin wilayah Batavia. Batavia adalah tempat penugasan Omar dan Arsen. Sang gadis berjalan menuju sebuah ruangan. Ruangan tersebut sangat formal. Sang gadis menemukan seorang pria sedang duduk membelakanginya. Gadis itu berdeham sampai akhirnya pria itu melihat gadis tersebut. Betapa kagetnya gadis itu ketika menyadari bahwa mata pria itu sama dengan mata seseorang yang mengejarnya semalam.
"Kita berjumpa untuk kedua kalinya, bukan?" tanya Omar dengan percaya dirinya.
"Kau tidak mengenalku. Aku tidak pernah bertemu denganmu," jawab sang gadis.
Omar tiba -- tiba menutup sebagian wajah sang gadis untuk memastikan dugaannya. Sang gadis awalnya mengelak, tetapi sang gadis juga meniru Omar. Ia juga menutup sebagian wajah Omar. Dugaan mereka benar. Sang gadis yang dikejar oleh Omar dan Omar yang mengejar sang gadis, semalam.
"Perkenalkan, namaku Asri."
"Aku Omar. Senang bertemu denganmu."
***
Seorang pria memakai tuksedo putih, lengkap dengan dasi, sedang berjalan menuju sebuah rumah. Ia membawa bunga untuk diberikan kepada tunangannya. Ia menerima perjodohan yang ditawarkan orang tuanya. Ia berasal dari keluarga konglomerat. Saat ia berjalan menuju rumah tunangannya, ia melihat seorang gadis sedang menjemur kain putih. Betapa cantiknya gadis tersebut. Gadis tersebut seperti memancarkan cahaya di belakangnya. Bersinar.
"Assalamualaikum, Asri. Saya Bayu krisna. Masihkah kamu mengenalku" sapa sang pria tersebut sambil menyodorkan sebuket bunga.
"Waalaikumussalam, Bayu. Tentu aku mengenalmu. Kau mantan tunanganku, kan?" Jawab Asri dengan senyum indahnya.
"Mantan tunagan? Sepertinya kamu salah paham. Aku tidak pernah membatalkan tunangan ini," bantah Bayu.
"Sepertinya Anda juga salah paham. Apa anda lupa? Dahulu anda yang membuat saya menunggu hingga akhirnya saya lelah dengan penantian ini. Anda tidak merasakan itu," protes Asri.
"Maafkan saya, Asri. Saat itu saya sedang menempuh pendidikan di Amsterdam. Saya tidak mau ada hal yang mengganggu saya saat sedang menuntut ilmu," Bayu berbicara dengan wajah melasnya.
"Kau terlambat."
***
Hari demi hari, Asri semakin dekat dengan Omar. Asri menyadari perasaannya, begitupun Omar. Saat ini, mereka sedang berada di dalam restoran Jepang langganan Omar. Pemiliknya akrab dengan Omar.
Tiba -- tiba, Bayu datang menghampiri mereka. Ia ingin bergabung dengan Asri dan Omar. Walaupun cinta Bayu sudah ditolak, tetapi ia tidak mudah menyerah. Ia percaya pada pepatah yang menyatakan bahwa jodoh itu ada di tangan tuhan, tetapi jodoh juga harus diusahakan. Tuhan tidak akan memberikannya cuma - cuma.
Wajah Asri berubah malas. Ia malas bertemu Bayu. Kerjanya hanya mengganggu saja. Di luar, Bi Ana, pengasuh Asri dari bayi, memanggil Asri. Asri segera keluar meinggalkan Bayu dan Omar. Bi Ana menyuruh Asri segera pulang karena kakeknya menyuruh pulang cepat.
Di restoran, Omar dan Bayu sedang menyantap makanannya masing -- masing. Aura permusuhan terlihat diantara mereka. Datanglah seorang pria , dengan pakaian khas Jepang, menghampiri mereka. Pria itu adalah Kenta. Sang ketua gengster yang melegenda di kota Batavia. Kenta memesan makanan.
"Apa yang ingin anda pesan, Tuan?"
"Saya ingin memesan sushi dan teh hijau."
"Baik, ditunggu."
Sambil menunggu makanannya datang, Kenta melihat dua pria di sebelahnya sedang menyantap makanannya maaing -- masing.
"Apakah kalian mayat hidup? Sepi sekali."
"Kami sedang makan, bukan berbicara," jelas Omar dan Bayu bersamaan. Mereka geli dengan tingkah mereka sendiri.
"Aku iri dengan kekompakan kalian."
"Aku tidak peduli. Aku pergi," sebelum Omar benar -- benar pergi, ia berteriak, "Indah, dua orang disana akan membayar makananku," pemilik restoran tersebut tertawa dan Omar langsung melenggang pergi.
Tiba -- tiba, Kenta beranjak dari duduknya lalu berteriak, "Indah, orang ini akan membayar makananku," kata Kenta sambil menunjuk Bayu. Indah menggeleng -- gelengkan kepalanya.
"Selera mereka mirip," ucap Indah pelan.
***
Omar, Bayu, dan Kenta sedang berada di restoran langganan mereka. Indah menghubungi mereka karena di restorannya terjadi kerusuhan yang dilakukan oleh tentara Jepang. Indah meminta bantuan kepada Omar dan Kenta, tetapi Bayu yang kebetulan melihat Omar berjalan tergesa, segera mengikutinya. Disinilah mereka bertiga. Omar dan Bayu sudah bersiap dengan senjatanya.
"Dimana Bayu?" tanya Kenta.
"Dia sedang berada di bawah meja kasir, abaikan saja," ucap Omar.
Benar saja, Bayu ketakutan di bawah meja kasir. Walaupun ia berasal dari keluarga konglomerat, tetapi nyalinya kecil.
Omar dan Kenta beraksi. Omar memulai dengan membunyikan lonceng untuk mengalihkan perhatian mereka. Tentara Jepang, yang sedang dalam keadaan mabuk, emosi. Mulailah terjadi perkelahian dua orang melawan 40 orang. Kaki omar menendang salah satu perut tentara Jepang, tangannya memutar salah satu lengan tentara Jepang yang lain, kepalanya diadukan dengan kepala tentara Jepang yang lain.
Sementara Kenta. Ia membawa samurai. Kenta tidak sembarangan membunuh orang dengan samurainya. Ia memakai samurai hanya untuk menakut -- nakuti mereka saja. Kenta merobek baju -- baju tentara Jepang dengan samurainya, perkelahian semakin panas.
Suara pedang, tendangan, dan pukulan memenuhi rungan. Indah tidak tinggal diam. Walaupun ia wanita, ia sangat ahli bela diri. Ia berlari ke lantai dua mengambil perlengkapan bela diri. Setelah turun, indah memulai perkelahiannya. Ia awali dengan melemparkan terigu agar penglihatan lawan tidak jelas. Setelahnya, ia langsung memulai aksinya. Tentara Jepang terkagum dengan aksinya sampai mereka tidak sadar jika akan diserang.
Hampir 1 jam berlalu, akhirnya aksi perkelahian selesai. Perkelahian dimenangkan oleh Omar, Kenta, dan Indah. Sementara itu, Bayu masih tetap berdiam diri di bawah meja kasir.
***
Omar berjalan menuju suatu tempat. Ia membawa sesuatu. Setelah sampai di tempat tujuan, ia melihat sekeliling rumah yang cukup besar. Saat ia akan berjalan ke halaman belakang rumah, muncul seorang wanita paruh baya.
"Kau sedang mencari seseorang?" tanya wanita itu dengan wajah kebingungan. Walaupun wanita itu tidak tahu Omar, tetapi wanita itu tetap mempersilahkan Omar untuk masuk ke rumah terlebih dahulu.
Omar tidak berbasa basi, "apa kabar? Masih ingatkah engkau kepadaku?" tanya Omar sambil menunjukan sesuatu yang dibawanya. Perhiasan.
"Anda siapa?" Siti sangat terkejut.
"Perkenalkan, aku adalah anak dari budak yang dihukum mati oleh orang tuamu dahulu. Masihkah ibu ingat?" Omar melihat ekspresi Siti yang berubah drastis. Omar tahu Siti menyadarinya. "Luka di leher ibu ternyata membekas. Ternyata ibuku peluka yang handal," Omar menyerangnya.
"Pergilah, aku tidak mengenalmu," ucap Siti berbohong.
"Saya tidak akan melupakan perbuatan anda kepada orang tua saya. Walaupun ayah anda yang melakukannya, tetapi seorang anak harus menanggung jasa orang tuanya. Benar?" Ucap Omar Sarkastik.
Siti langsung pergi ke dapur. Ia sangat kaget. Di luar, ada orang yang sedang berjalan mendekati rumah tersebut.
"Ibu, apa kau ada di dalam?" tanya seorang lelaki, Bayu.
"Ibumu pergi ke belakang. Lihatlah sendiri," Omar langsung melenggang pergi.
"Hei sedang apa kau disini?" teriak Bayu yang dibalas lambaian tangan oleh Omar.
***
3 hari sebelum Omar mendatangi rumah Siti
Omar pergi ke suatu toko, bernama toko serba bisa. Omar meminta kepada 2 lelaki pemilik toko tersebut untuk mencarikan pemilik perhiasan. Omar mempercayai kedua orang tersebut.
2 hari kemudian, tukang serba bisa menemukan alamat yang diminta Omar. Omar membayar jasa mereka. Esoknya, Omar mendatangi alamat yang tertera di secarik kertas.
***
Kenta sedang berada di rumahnya. Ia sedang makan bersama anak buahnya. Mereka membicarakan tentang Jepang yang menjajah Korea. Walaupun Kenta keturunan Jepang, tetapi ia berpihak kepada Indonesia.
Tiba -- tiba, datang segerombolan orang membawa samurai. Itu adalah musuh bubuyutan Kenta. Ada beberapa anak buahnya yang berkhianat dan malah menjadi anak buah musuh bubuyutannya.
Mereka mendatangi Kenta untuk mengancam Kenta agar tidak berpihak kepada Indonesia. Kenta yang notabennya keras kepala hanya mengganggap hal tersebut biasa.
***
Indah adalah seorang wanita biasa, tetapi mempunyai karisma yang luar biasa. Ia adalah pribumi asli. Ayahnya seorang jendral dan ibunya adalah pemimpin organisasi penegak HAM. Ibunya meninggal saat Indah berumur 6 tahun.
Indah mempunyai tekad untuk mengusir para penjajah. Di umur 16 tahun, ia menikah dengan seseorang berdarah Jepang, bernama Nikamo, dengan selisih 8 tahun. Cinta tidak menuruti aturan dan tekadnya. Nikamo, yang awalnya bekerja pada pemerintahan Jepang, akhirnya dipecat karena menikah dengan wanita pribumi yang tidak setara dengannya. Iya dihapus dari keanggotaan keluarganya. Ia diasingkan.
Indah lebih memilih ikut dengan suaminya. Ia meninggalkan orang tuanya. Indah dan suaminya diasingkan di pelosok hutan. Ia menemukan sebuah gubuk dan tinggal di sana. Akan tetapi, Indah tidak hanya berdua di sana. Ada pasangan suami istri lansia.
6 bulan kemudian, Indah dan Nikamo diangkat sebagai anak oleh pasangan suami istri lansia tersebut.
Indah bekerja sebagai buruh perempuan. Hal itu ia lakukan untuk mencukupi kebutuhan sehari -- hari. Ia pun harus menyamar agar tidak ketahuan sebagai istri dari Nikamo. Nikamo tidak bisa bepergian jauh. Jika ia terlihat oleh tentara Jepang, ia akan dihukum karena melanggar aturan. Ia sekarang hanya bekerja sebagai petani. Itupun petani kecil. Ia hanya memanen tanaman tertentu untuk keluarganya.
Nikamo mendengar suara bising dari luar. Saat ia keluar, Indah sedang disekap. Indah ketahuan menyamar sebagai buruh. Nikamo yang marah melihatnya langsung memaksa tentara Jepang untuk melepaskan tali di tangan dan mulut istrinya. Tiba -- tiba, suara tembakan terdengar. Nikamo tertembak. Indah langsung memaksa melepaskan tali pada tubuhnya dan akhirnya terlepas. Indah langsung berlari ke arah suaminya. Indah menangis tersedu. Saat ia mendongak ke atas, ada ayahnya yang sedang memegang pistol. Indah mengetahui, itu adalah perbuatan ayahnya.
Semenjak kejadian itu, Indah menghilang. Hubungannya dengan ayahnya tidak berjalan baik. Ayahnya mengkhianati anaknya sendiri juga Indonesia.
***
Di kantor kediaman Jepang
Sang kapten pasukan militer Jepang sedang berdiskusi dengan perdanamenteri Jepang. Mereka sedang membuat rencana untuk menyerang Indonesia. Mereka sedang menyusun waktu yang tepat untuk menyerang.
"lapor, kami sudah menyiapkan persenjataan untuk perang," kata salah satu prajurit yang baru saja mengecek ke gudang persenjataan.
"Ini saatnya."
***
Saat ini, situasi Indonesia sedang genting. Tempat tinggal pribumi banyak dibakar oleh Jepang. Mereka sekarang sedang berada di tengah hutan. Mereka membangun tenda untuk tempat tinggal sementara.
Omar dan Asri sedang duduk berdua di pinggir sungai. Mereka membicarakan tentang keadaan Indonesia saat ini dan menyusun rencana. Di sela perbincangannya, Omar mengeluarkan sesuatu dari jaketnya. Bersinar.
"Asri, aku telah jatuh cinta kepadamu saat pertama kita bertemu. Aku harap kita menjadi keluarga bahagia. Aku ingin kau menjadi bagian dari hidupku. Bismillahirrahmanirrahim, Hari ini, 2 Mei 1944 pukul 16.30, Omar Mukhtar meminang Asri Permatasari. Maukah kau menjadi istriku?" Omar berlutut di hadapan Asri.
"Bismillahirrahmanirrahim, Asri Permatasari menerima lamaran Omar Mukhtar," Asri tersenyum bahagia, begitupun Mukhtar.
***
Keesokan harinya, tentara Jepang menyusuri hutan untuk mencari kediaman pribumi. Pribumi yang sudah menyusun strategi sedang melakukan taktik. Ada yang bersembunyi di belakang batu besar, si atas pohon, bahkan di semak -- semak.
Salah satu warga pribumi melihat tentara Jepang. Ia bersiap membidik. Sasarannya tepat mengenai kening tentara Jepang. Karena tindakan gegabahnya, tentara Jepang yang lain langsung menyusul ke tempat kejadian perkara. Tentara Jepang yang murka langsung berlari mencari pribumi. Indonesia dan Jepang angkat senjata. Â
Peperangan sedang berlangsung. Warga pribumi banyak yang terbunuh oleh tentara Jepang karena persenjataan Jepang yang memadai. Di sisi lain, Omar yang mengetahui kondisi tersebut langsung memerintahkan warga pribumi untuk secepatnya kabur. Mereka berlari lewat jalan lain agar tidak ketahuan tentara Jepang. Mereka kembali lagi ke kota kediamannya, Batavia.
Sungguh pemandangan yang menyedihkan. Warga pribumi yang tewas di sepanjang jalan. Bangunan yang terbakar. Berdak darah dimana -- mana. Omar yang melihat pemandangan itu langsung mengambil tindakan. Asri yang ahli bela diri ingin ikut dengan Omar. Akan tetapi, keinginan tersebut tidak terpenuhi. Omar menyuruh Asri untuk tetap melindungi diri.
Omar menghubungi Kenta dan Bayu. Omar percaya kepada mereka. Mereka bertiga menyusun rencana untuk menyerang Jepang. Bayu yang bekerja sebagai jurnalis langsung membuat kabar berita. Kenta memerintah anak buahnya agar bersiap -- siap. Omar menghubungi rekan kerjanya untuk meminta akses berkomunikasi dengan Jepang.
Disinilah mereka bertiga berada. Kereta. Mereka menargetkan perdana menteri Jepang yang akan melakukan perjalanan ke Yogyakarta. Perdana menteri  Jepang melakukan perjalanan bersama perdana menteri Indonesia. Ia membawa berkas penting, yaitu perjanjian dengan Indonesia. Indonesia yang diwakilkan oleh Halim, selaku perdana menteri yang baru diangkat dan juga ayah dari Indah.
Di kereta, Omar, Kenta, dan Bayu menyamar menjadi orang asing. Untuk memperkuatnya, mereka berbicara dalam bahasa inggris. Tidak ada yang tahu, ternyata di dalam kereta juga ada Asri dan Indah yang diam diam ikut perjalanan. Mereka menyamar sebagai orang Jepang.
Di gerbong yang sama, Omar menghampiri perdana menteri Jepang yang sedang berada di ruangan eksekutif. Omar membujuk perdana menteri tersebut untuk ikut dengannya. Omar beralasan ingin menunjukan sesuatu terkait perjanjian.
Saat berada di ruangan ekonomi, perdana menteri langsung disambut oleh Kenta dan Bayu. Perdana menteri Jepang tersebut langsung disekap. Omar menodongkan pistol di kepalanya. Tentara Jepang yang berada di gerbong kereta tersebut langsung menurunkan senjatanya. Asri dan Indah langsung mengamankan senjata tentara Jepang. Omar awalnya terkejut melihat kedua perempuan tadi di kereta.
Omar, Kenta, dan Bayu membawa perdana menteri ke gerbong lain. Di gerbong tersebut, ternyata telah ada Halim yang sudah lengkap dengan senjatanya. Halim bersiap menembak. Kenta dan Bayu mengira Halim, sebagai perdana menteri Indonesia, akan berpihak kepada tanah air. Akan tetapi, dugaan itu lenyap ketika Halim menembak Bayu. Bayu tertembak di dadanya. Kenta yang melihat kejadian tersebut langsung membunuh Halim dengan samurainya. Darah bercucuran di samurainya.
***
Mendengar suara tembakan, Asri dan Indah berlari menghampiri sumber suara. Saat akan mencapai gerbong yang dituju, Omar memutuskan penghubung antar gerbong. Ia menembak penghubung gerbong dengan pistolnya. Omar tidak mau jika Asri dan Indah ikut dalam pertempuran mereka dan tewas. Kenta yang sedang melakukan perlawanan terhadap penjajah tewas karena tembakan perdana menteri Jepang. Perdana menteri Jepang, bernama Shiko, mendapatkan senjata dari tentara Jepang yang terbunuh. Tinggallah Omar, Shiko, dan 4 orang tentara Jepang. Omar sudah tahu ini akan terjadi. Omar hanya melihat ke arah Asri. Tatapannya seakan -- akan menjelaskan bahwa ia sangat mencintai gadis itu.
Dengan senyuman dan tetesan air mata terakhirnya, Omar terbunuh. Punggung Omar menjadi sasaran tembakan.
"OMARRRRRRRRRR," teriak Asri.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H