"Sekarang, semua boleh duduk, selonjor, sambil Ibu akan berikan pengumuman," kata Bu Nina.
      Segera anak-anak duduk di lantai, berselonjor dan menunggu apa yang akan Bu Nina sampaikan. Bu Nina memandang mereka semua dengan senyum manisnya.
     "Ibu senang sekali, kalian hebat semua. Penuh semangat dan serius berlatih. Nah, untuk kostum, pakaian sudah disediakan oleh panitia. Ibu pernah sampaikan pada latihan yang lalu. Kalian hanya perlu menyiapkan sepatu kets putih. Apa semua sudah mulai menyiapkannya?" lanjut Bu Nina.
      "Sudah, Bu. Kemarin ayah sudah membelikan aku sepatunya. Keren, aku suka sekali," sahut seorang anak.
      "Ibuku akan mengajakku ke pasar besok, biar aku bisa pilih sendiri modelnya." Yang seorang lagi berkata.
      "Bagus. Masih ada beberapa hari buat yang belum punya. Nah, sepatu itu nanti tetap bisa kalian pakai selesai acara, karena punya kalian sendiri," jelas Bu Nina.
       "Dan ...." Bu Nina meneruskan. "Nanti latihan yang terakhir, gladi bersih di lapangan besar, kalian harus bawa sepatunya. Dicoba sekalian. Bisa, ya?"
       "Iya, Bu! Bisa ...." Bersahutan anak-anak itu menjawab.
       Dita memperhatikan Lestari. Wajah Lestari terlihat makin sedih. Apa karena ini di aga mau ikut nari lagi? Tidak punya sepatu warna putih. Sampai pulang Lestari masih lesu. Dia tidak bicara apa-apa sepanjang jalan pulang.
       "Sudah sampai rumahmu, Tari. Kita latihan lagi hari Kamis. Aku jemput ya?" ujar Dita.
       "Hmm ... Kamis aku pergi. Aku ga bisa latihan. Mungkin tadi terakhir aku bisa ikut," jawab Lestari, terdengar sedih.