Aku sempat bertanya apakah mereka tidak merasa dendam saat itu?Â
Tuhan menuntunku melalui pertemuan bersama keduanya. Aku belajar banyak tentang arti sebuah keluarga. Bahwa baik atau buruk, pilihan kita adalah tetap bersama mereka dan memaafkan dengan setulus hati.Â
Saat mendengar kisah masa laluku dengan mama, Mbak Pur memberikan satu nasihat yang membuatku tersentuh.Â
Tak ada ibu yang sempurna di dunia ini. Justru kesempurnaan itu ada karena anak baik yang mereka miliki.
Aku pun bercermin.Â
Dan betapa sedihnya saat kusadari aku bukanlah sosok anak baik itu.Â
Aku tak pernah seperti Desy yang rajin membantu ibunya berdagang nasi pecel. Aku juga tak pernah berusaha menyenangkan hati mama dengan membuatkan secangkir teh hangat sambil memijat bahunya. Bahkan saat mama pulang kehujanan, aku tak pernah megkhawatirkan kalau-kalau mama menjadi masuk angin setelah itu.
Selama lima belas tahun ini aku tenggelam dalam rutinitas kerjaku di kota lain. Hatiku masih saja sekeras batu dan merasa diri paling benar. Aku seakan lupa jika ini akan menjerumuskanku menjadi anak durhaka!
*
15 November.
Sebelum benar-benar terlambat, aku memutuskan untuk pulang ke pangkuan wanita yang seharusnya kumuliakan. Mama.