Akhirnya Elyana menemukan momen yang tepat.Â
Saat dia berulang tahun, Willy bertanya kado apa yang harus dia berikan. Dengan cepat Elyana menjawab bahwa dia ingin bercerai. Toh, menurut hasil pemeriksaan medis rahimnya sehat. Justru suaminya lah yang mempunyai masalah.
Dia mulai histeris saat suaminya membujuknya.
"Jika posisi kita ditukar, kau pasti akan mencampakkan aku juga, kan? Tidak ada pria yang sanggup menua bersama istri yang tidak dapat melahirkan anak!" jerit Elyana.
Sebagai orang yang sukses dalam karir, harta dan kesenangan apapun dapat diberikan Willy untuk istrinya. Berapapun harganya dia akan membayarnya. Tapi kali ini dia merasa bimbang, harus memenuhi atau tidak.
Selama ini Willy berusaha menjadi suami yang terbaik untuk Elyana. Beberapa gadis di kantornya yang berusaha mencuri perhatiannya, tak pernah ditanggapi. Baginya kesetiaan adalah harga mati.
Sebagai suami, Willy juga berusaha memaklumi tingkah Elyana yang kadang kekanak-kanakan dan sering marah tanpa alasan jelas.
Tetapi Elyana tak terlalu peduli dengan semua pengorbanan suaminya.Â
Dia merasa tidak adil karena sudah membuang-buang waktu dengan hidup bersama Willy. Dia tidak rela menjadi wanita yang tidak bisa mempunyai anak.Â
Elyana ingin menjadi wanita yang sempurna. Dia sangat ingin melahirkan seorang bayi yang akan memanggilnya ibu. Dia juga ingin menyusui bayinya seperti wanita pada umumnya.Â
Elyana pernah melihat kakak perempuannya memiliki kantung mata saat kurang tidur.