Sangat menyenangkan menemukan wajah yang akhir-akhir ini dingin, kini dihiasi senyum dan tatapan penuh cinta. Kau memelukku, lama sekali.
"Sayang, aku ingin minta maaf. Aku telah menyakitimu, dan memgecewakan almarhum papamu."
Dapat kurasakan saat itu darahku seperti mengalir dengan baik, detak jantungku kembali bekerja, dan adrenalin memompa dengan semestinya.
"Aku telah memberimu kalimat tidak pantas, hanya karena terpancing rasa cemburu. Aku sangat bersalah kepadamu, tolong maafkan aku..."
"Jadi kau sudah percaya kepadaku? Kau percaya anak kita tiga, bukan satu?"
"Tiga, bukan satu!"
"Kita akan terus merawat mereka dengan sepenuh hati."
"Ya, Sayang. Dengar, terkadang pria menjadi bodoh karena cintanya. Tapi aku janji ini tidak akan terjadi lagi..."
*
Sabtu sore yang menyenangkan. Anak tertua kita menemani berbelanja barang kebutuhan. Dia meminta sendiri dan aku merasa sangat surprise.
Ini adalah kesempatan yang langka. Biasanya dia sibuk dengan sekolahnya bahkan teman-temannya.Â