Sampai suatu malam, aku menemukanmu duduk sendiri di depan kamar kita. Aku melihatmu begitu murung dan mungkin juga kacau. Aku mendekatimu dan duduk di dekatmu. Â
"Ada apa, Sayang?" tanyaku khawatir.Â
Kau hanya diam, seperti tidak ingin menjelaskan apapun.Â
Baiklah. Aku akan menunggu sampai kau mau menceritakan masalahmu. Mungkin ini tentang pekerjaan, atau yang lainnya.
Aku menarik napas dalam-dalam, menikmati aroma Petunia putih yang tumbuh di sekitar kita.
Meski tampak rimbun, jenis bunga ini hanya memiliki wangi yang samar. Kebiasaannya mengeluarkan wangi di malam hari, tidak hanya mengundang ngengat Manduca sexta, tapi juga membuatku merasa sedikit romantis.
"Aku ingin mengatakan sesuatu," katamu.
"Aku bertemu Sam Tsui."
"Sam Tsui?"Â
"Aku mengajaknya minum kopi dan mengatakan dia boleh menemui anaknya kapan saja."
"Anak?" aku keheranan.Â