Mohon tunggu...
Ika Ayra
Ika Ayra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen

Antologi cerpen: A Book with Hundred Colors of Story (jilid 1) dan Sewindu dalam Kota Cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Secangkir Cokelat Panas di Atas Meja

3 Oktober 2021   20:05 Diperbarui: 4 Oktober 2021   04:55 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Secangkir cokelat panas di atas meja| foto: unsplash.com/Giancarlo

Suasana pemukiman tampak lebih terang dari malam lainnya. Sebentuk purnama memancarkan sinar keemasan. Seakan mengundang kerinduan pada kekasih.

Seorang lelaki, termenung di sisi jendela.

Hmm..., aroma cokelat panas yang nikmat menguar memenuhi ruangan. Aku baru saja selesai membuatnya. 

Via sayang, 

Kau tahu aku tak pernah suka minum cokelat panas. Tapi aku malah menyeduhnya tadi. 

Ini untukmu, tentu. 

Oh ya, mungkin kau hanya dapat melihatnya tanpa bisa benar-benar menyesap cita rasa yang selalu kau gemakan di telingaku. 

Via, apa kau sadar? 

Aku lebih merasa ini tentang masa kecilmu bersama secangkir minuman cokelat panas. Di musim hujan, di saat kau sendirian di rumah tanpa satupun anggota keluarga. 

Tapi sebenarnya kau salah. Kau tak bisa memaksa setiap orang termasuk aku, untuk menyukai hal yang sama denganmu. 

"Apa susahnya?" kau mendebatku kala itu. 

"Cokelat ini baik untuk kesehatan. Kau tak tahu kan??

Cokelat mengandung karbohidrat, serat, protein, polifenol, flavonoid, kalsium, zat besi, kafein, kalium, magnesium...

Dan... tanpa kenangan itu, bahkan tanpa adanya aku di dunia ini, cokelat sudah mengisi ribuan gelas diatas meja. Di setiap rumah dan di banyak kedai di musim dingin di berbagai belahan dunia. 

Mereka, para petani cokelat, mengurus kebun cokelat dengan susah payah. 

Bahkan pabrik-pabrik telah berdiri ratusan tahun yang lalu.

Coklat itu lebih terkenal daripada kau, lelaki penulis yang suka berkhayal. Memindahkan khayalannya pada selembar kertas ditemani secangkir kopi.

Oh, maaf, sebenarnya bukan tentang kopi itu, tapi tentang cokelat yang harus kau akui keistimewaannya..."

Aku hanya bisa tersenyum. 

Jujur, kuakui kau gadis paling keras kepala. Berkali-kali kau membujukku agar mau merasakan minuman pahit yang katamu bisa memberikan suasana hati bahagia, bahkan baik untuk kesehatan jantung dan mencegah stroke. Menghindarkan dari diabetes, kanker, meningkatkan fungsi otak, serta menurunkan kepikunan pada orang tua. 

Walau kau keras kepala, nyatanya kau cantik juga. Ehem!

Tapi ini bukan gombalan. Bukan untuk merayu gadis sepertimu.

Mungkin karena malam ini sedang purnama, dan aku merindukanmu. Sudah cukup lama kita tidak bertemu bukan? 

Selama itu pula, engkau tidak pernah mendebatku lagi. Tidak pernah manja mengajakku masuk swalayan hanya untuk membeli sekotak besar bubuk kakao yang bertahan beberapa waktu saja.

Plus beberapa cokelat kemasan, yang katamu dibuat dengan penambahan gula, vanili, susu, dan cocoa butter.

Khusus untuk cokelat manis tersebut, manfaat dark chocolate menjadi tidak ada alias nol.

Terus terang aku heran juga, gadis sepertimu terlalu takut untuk tua. Takut kulitnya berkerut-kerut.

Mengkonsumsi cokelat, katamu dapat mengatur tekanan darah, menjauhkan penuaan dini, stres oksidatif*, dan juga arterosklerosis**.

Selain itu, manfaat cokelat bagi kecantikan, bisa diandalkan! Ia dapat merontokkan sel kulit mati, membunuh bakteri penyebab jerawat, membasmi komedo, mempercepat regenerasi kulit, menjaga hidrasi kulit, mengatasi flek hitam, meredakan radang kulit sekaligus menyembuhkan alergi, dan terpenting sebagai anti aging.

Oh..., apakah setiap gadis harus selalu cantik dan harus takut tua? Ini satu-satunya momen lucu antara kita. 

Jangan konyol, sayang. Setiap orang pasti mengalami tua. 

Tidak ada yang penting kecuali kau sudah mengisi hari-harimu dengan selalu berbagi kepada mereka yang tak sempurna. Mereka yang berada dalam kesempitan hidup.

Tapi satu hal yang tak nyambung. Meski kau tergila-gila minum cokelat panas, kau tak pernah suka memilih pakaian berwarna coklat. Kau bilang itu menghilangkan spirit. Kau ingin selalu ceria. Itu akan memanjangkan umurmu seribu tahun lagi. Begitu katamu.

Betapa unik kau di mataku, sayang. Dan aku suka dengan gadis sepertimu. Aku tak pernah menyesal mencintaimu. Bahkan bila saat ini kau sudah meninggalkanku.

Via sayang, 

Apa kau ingat pesanku saat itu? Jangan terlalu banyak teori. Jangan dihantui oleh ketakutan. Hiduplah sewajarnya. Hiduplah seadanya seperti angin.

Dia akan bertiup semilir. Dia akan bermain di ujung-ujung daun, bercumbuan dengan ombak, merebahkan dirinya di kaki lembah.

Atau seperti malam yang selalu datang tepat waktu. Bahkan saat hujan badai sekalipun.

Hmm..., kau adalah gadis jenaka sekaligus keras kepala. 

Suatu kali aku bertanya, mengapa kau mau menjadi kekasihku? 

Jawabanmu sungguh tak lucu. Kau bilang karena aku tinggi dan kuat. Aku bisa menggendongmu saat kita terjebak banjir di jalan.

Ah, siapa juga yang mau menggendong seorang gadis di tengah ramai orang-orang? Aku takut viral! Ini bukan kisah romantis pasangan Romie and Juliet.

Oya, ada yang lucu. Bila kita lapar dan mampir di kedai bakso kesukaanmu, kau tak bisa memesan secangkir cokelat panas. Minuman yang mungkin sudah menggantikan darah ditubuhmu, saking seringnya kau menikmati.

Bukankah seharusnya kau tinggal di Inggris sana? aku mencandaimu. 

Pada musim dingin kau bisa berendam dalam bathtup dengan serbuk cokelat sebagai lulur penghalus kulit. 

Secangkir cokelat panas tersaji di sisimu. Kau akan sangat menikmati hidup karena di sana secangkir coklat panas adalah hal yang lumrah.

Di negara kita, teh hangat adalah juaranya. Apalagi sekarang ada banyak varian. 

Iya, ini soal selera. Aku tidak dapat memaksa, kau juga tidak dapat memaksa.

Hari ini kuracik tiga sendok bubuk coklat kakao ditambah sejumput gula, seperti resep yang sering kau berikan.

Rasanya, lumayan. Maksudku, sementara ini mungkin lidahku terlanjur akrab dengan kopi kental yang menurutmu aneh. 

Via, lihatlah bulan di jendela. Ia bergeser beberapa senti. 

Angin mendorong malam mendekati pagi. Orang-orang telah lama bermimpi. Tapi aku masih menikmati kenangan kita.

Oh ya, mengapa kau tak hadir saja dalam mimpiku? Aku ingin melihat bola matamu yang bulat jenaka menertawaiku saat kau anggap konyol.

Kau pernah bilang aku tak kan bisa membahagiakanmu. Aku tak akan punya cukup waktu untuk membangun istana untukmu. 

Katamu aku egois. Aku hanya mencintai menulis.

Sepertinya benar, bahwa aku tak bisa mewujudkan mimpi kita. Kau telah pergi, meninggalkan batu nisan dibawah pohon kamboja.

Tapi tenang, aku berjanji akan sering mengunjungimu di sana.

Dan..., secangkir cokelat panas di atas meja, akan kuhabiskan setiap kali aku rindu padamu. 

Malam ini, kau bisa menyaksikan cangkir putih telah tandas isinya. 

Selamat tidur kekasih. Semoga engkau tenang di sana.

_____________

*Stres oksidatif yaitu suatu keadaan jumlah radikal bebas dalam tubuh, jauh melebihi kapasitas untuk dinetralkan oleh tubuh itu sendiri.

**arterosklerosis adalah penyempitan sekaligus pengerasan pembuluh darah arteri akibat dari menumpuknya plak pada dinding pembuluh darah (penyebab sakit jantung koroner). 

Rujukan manfaat cokelat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun