"Apa susahnya?"Â kau mendebatku kala itu.Â
"Cokelat ini baik untuk kesehatan. Kau tak tahu kan??
Cokelat mengandung karbohidrat, serat, protein, polifenol, flavonoid, kalsium, zat besi, kafein, kalium, magnesium...
Dan... tanpa kenangan itu, bahkan tanpa adanya aku di dunia ini, cokelat sudah mengisi ribuan gelas diatas meja. Di setiap rumah dan di banyak kedai di musim dingin di berbagai belahan dunia.Â
Mereka, para petani cokelat, mengurus kebun cokelat dengan susah payah.Â
Bahkan pabrik-pabrik telah berdiri ratusan tahun yang lalu.
Coklat itu lebih terkenal daripada kau, lelaki penulis yang suka berkhayal. Memindahkan khayalannya pada selembar kertas ditemani secangkir kopi.
Oh, maaf, sebenarnya bukan tentang kopi itu, tapi tentang cokelat yang harus kau akui keistimewaannya..."
Aku hanya bisa tersenyum.Â
Jujur, kuakui kau gadis paling keras kepala. Berkali-kali kau membujukku agar mau merasakan minuman pahit yang katamu bisa memberikan suasana hati bahagia, bahkan baik untuk kesehatan jantung dan mencegah stroke. Menghindarkan dari diabetes, kanker, meningkatkan fungsi otak, serta menurunkan kepikunan pada orang tua.Â
Walau kau keras kepala, nyatanya kau cantik juga. Ehem!