"Barangkali kau salah simpan, baru kau tuduh Sikki bacuri ee?"Â (mungkin kau lupa menyimpan dimana, lalu kau tuduh Sikki pencurinya?)
Aku menelan ludah, sambil membanting pantatku di kursi.
Sejujurnya aku bahkan tak memperhatikan siapa yang berada dekat motorku waktu itu.
Menurut keterangan penjual minuman dingin dekat situ, hanya ada Sikki, lelaki pelo yang tak jelas bicaranya. Ia dan gerobaknya ada di sana, sedang mengemas-ngemas kardus bekas serta barang rongsok lainnya.
"Jadi siapa yang kasi tunjuk ko Sikki tinggal di sini?" (siapa sebenarnya yang memberitahu alamat Sikki?)
Ehem, ehem. Kudengar Alim pura-pura batuk.Â
Ah, apa lagi yang akan dilakukan si tengil ini?
"Sebelumnya kami minta maaf, Aji, bila kedatangan kami mengganggu Aji sekeluarga. Kami hanya ingin bertanya baik-baik sama anak ta..."
"E, anakku itu biar bodok begitu, tidak pernah mencuri, kasian..." (walaupun anak saya ideot, dia tidak pernah sekali pun mencuri..."
Ah ya, tentu saja setiap ibu akan membela anaknya. Mana dia tahu, berapa besar "arti" tas yang dicuri itu. Sebuah masa depan untuk menaklukkan calon mertua, bahkan dunia!Â
Aku harus jadi sarjana, untuk bisa mendapatkan gadis istimewa seperti Julia, calon manager bank.Â