Aku berdiri di teras sebuah rumah, di lantai dua. Bangunan kayu ini rasanya agak miring, setelah beberapa tahun lalu sempat terdampak gempa kecil.
Aku benar-benar gelisah. Duduk pun tak bisa. Alim sudah membujukku dengan segelas air mineral. Tapi isi tas yang hilang itu lebih penting dari sekedar duduk dan minum.
Bagaimana mungkin aku akan memulainya dari nol lagi? Aku sudah mengorbankan banyak waktu dan tenaga. Biaya apalagi. Beberapa riset yang kulakukan demi menyelesaikan skripsi, bukan hal remeh!
Seorang wanita tengah baya menaiki tangga perlahan. Tubuhnya yang gemuk, terdengar juga memberat di tiap anak tangga.
"Kita kasi tinggal dimana, barang ta?(sebenarnya, kamu meninggalkan barang itu, dimana?) tanyanya, dengan bahasa daerah setempat.
Aku agak kaget, mendengar nada suaranya. Sepertinya Aji ini keberatan anak tertuanya jadi tertuduh.
"Di motor, Aji," tukasku tak mau kalah.
"Cuma saya tinggal beli rokok dan fotokopi sebentar..."
Selintas sepasang mata tua itu menghujamku.
"Siapa pale yang suruh kau merokok?"Â (memangnya siapa yang suruh kau pandai merokok?) tanya wanita itu bertambah ketus.
Gila! Sepertinya dia mengalihkan pembicaraan.