Sesaat pipiku diluruhi tangis. Aku cepat mengusapnya, sebelum Aisyah memergoki. Ia paling tak ingin aku bersedih seperti ini.
Sebuah mobil rental tiba-tiba berhenti di depan pagar kayu. Aku memperhatikan, siapakah tamu jauh yang datang sepagi ini? Apakah adik laki-lakiku?
Seorang gadis dengan jaket hitam turun dari pintu depan. Tangannya menenteng ransel tak terlalu besar. Hijab yang dia kenakan, seperti pernah kukenal, atau sangat kukenal.
Tak salah lagi.Â
"Alinnn......."
"Alin kau pulang, Nak..." aku menepuk pipiku.Â
Benar ini bukan mimpi. Alinku yang cantik pulang tepat di hari ulang tahunnya. Aku segera membuka tangan. Tapi putriku malah menciumi tanganku lama.
"Assalamu alaikum Mak..."
"Iya Alin pulang Mak, dan maaf Alin tak berkabar dulu."
"Ponsel Alin tertinggal di suatu tempat, Alin baru menyadari saat sudah di asrama. Sudah hilang kalau begitu..." ia tersenyum jenaka. Cantik.... sekali, dengan hijab ungu kesukaannya.
Alhamdulillah ya Allah, Engkau antarkan putriku ke pelukanku lagi, dengan sehat selamat. Terobati sudah rindu hamba, Duhai Allah...