"Ayo tidur lagi, Mak mau ambil wudhu dulu..." aku melonggarkan pelukan.
Sengaja aku menyuruh si bungsu menyambung tidurnya, karena semalam ia mengerjakan tugas sekolah sampai larut.
"Aisyah ikut Mak, kita sholat sama-sama ya..."
*
Matahari pagi baru saja menampakkan diri, saat aku menjejakkan kaki di halaman. Aku memang jarang melewatkan semburat putih itu menyeruak sendirian.Â
Dulu, saat pertama menjadi ibu, aku sangat butuh matahari itu untuk menghangatkan baby Alin.Â
Aku butuh juga untuk mengeringkan baju-baju Alin yang jumlahnya tak begitu banyak.
Bahkan saat putri sulungku itu sudah mulai pandai belajar berjalan, setiap pagi pula kami menghabiskan waktu di sekitaran rumah. Alin tampak menggemaskan berjalan dengan sepatu citcit nya kala itu.
Sampai sekarang, kebahagiaan itu masih bisa kurasakan. Pengalaman mempunyai bayi pertama, yang senyumnya secantik bunga berwarna ungu.
Duhai Allah, tolong jaga dan lindungi anak-anak hamba selalu...
Sambil memeriksa bunga-bunga yang mekar, sesekali mataku melirik ke balik bukit sana. Mencari-cari sang sumber kehidupan. Darinya lah biji-biji terongku mulai memunculkan daunnya. Perlahan, satu demi satu. Aku sangat menikmati perubahan-perubahan ini.