Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siapa yang Lebih Cepat Menarik Pelatuk

29 Desember 2024   11:37 Diperbarui: 29 Desember 2024   11:37 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Siapa yang Lebih Cepat Menarik Pelatuk. Gambar oleh alanpoulson | depositphotos 

Arok begitu tenang, takada ketegangan pada dirinya. Ini pekerjaan kecil. Lalu ia memantik korek api gasnya, menghisap sebatang rokok. Menghirup kopi. Mm, tak lama, yakin tak sampai dua jam ia menunggu. Benar saja, terlihat Alex keluar dikerubuti wartawan. Terlihat Alex begitu percaya diri menjawab pertanyaan wartawan.

Mobilnya sudah menunggu. Mata Arok makin menyipit lewat lensa teropongnya.

Alex menghampiri mobilnya. Seseorang membukakan pintu. Badan Alex sedikit menunduk akan memasuki mobil.

Detik itu.

Arok menarik pelatuk. Bunyi yang teredam. Dalam sepersekian detik peluru melesat, membelah angin, dan Arok bersiul. Terlihat tubuh Alex  terjengkang.

Arok dengan tenang membereskan peralatannya. Seperti tak terjadi apa-apa ia keluar dari hotel. Ia masih sempat bergurau dengan resepsionis hotel saat pembayaran hotel. Ia selalu menggunakan uang tunai agar tak mudah terlacak. Kartu identitas? Ah, anak yang baru belajar IT pun bisa membuatnya.

Sebulan sebelumnya Arok sudah mengamati di mana letak CCTV, jadi ia sudah tahu badan dan wajahnya diarahkan agar tak tertangkap langsung oleh kamera.

Sekarang ia ingin bersenang-senang dengan, mm ... Dedes.

***

Dedes, dia.

Sama dengan dirinya, Dedes juga seorang pembunuh bayaran. Dia juga seorang penembak jitu. Bedanya, Dedes dalam mendekati korbannya sering menggunakan kecantikannya. Dan orang takkan menduga. Dedes kadang menggunakan racun. Tapi tak jarang ia membunuh dari jarak dekat. Ia juga tak pandang bulu, menyapu siapa saja yang menghalanginya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun