Kamu hanya diam, menatapku.
"Terima kasih kamu sudah menolongku hingga aku nggak malu-maluin di tengah keluarga, saat pernikahan Bowo kemarin."
Kamu hanya mengaduk-aduk kopimu. Mendengarkan.
"Bagaimana kamu cerita dengan keluargamu, terutama mamamu?" Akhirnya kamu bersuara.
"Itulah, aku juga bingung. Kamu punya ide?"
"Kok aku? Kan kamu yang mengajakku untuk berpura-pura menjadi pacarmu?"
"Iya juga, sih." Diam sebentar. Dan, "Ng, bagaimana kalau kita tidak berpura-pura lagi?"
"Ini memang harus kita akhiri."
"Ya. Tapi bukan itu maksudku."
"Aku nggak ngerti."
Aku memegang kedua tanganmu. Reflek kamu ingin menariknya. Tapi kutahan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!