Kamu menatapku. Lama.
***
Kita pun menjadi sepasang kekasih. Pura-pura.
Meskipun begitu aku tetap berusaha menampilkan bagaimana layaknya seorang kekasih. Mentraktirmu makan, tentu. Mengajakmu nonton, pasti. Memberimu karangan bunga, kamu tertawa.
"Nggak usah terlalu sok romantis. Kita kan pura-pura?" katamu.
"Tapi karangan bunga ini bukan pura-pura."
"Aku percaya."
***
Dan puncaknya saat pesta pernikahan Bowo. Kamu, ah, kamu memang seorang pemain watak. Pandai memainkan peran di hadapan keluarga besarku, seolah-olah kamu memang benar-benar kekasihku.
Tapi tetap saja kamu tersipu-sipu saat ada salah satu keluargaku memuji dan menggoda kita. Terlebih, "Lho, Mama kok baru tahu kamu sudah punya pacar? Suka, Mama suka. Perasaan Mama dia anak baik. Kapan kamu bawa ke rumah?" Walau itu diucapkan pelan, aku yakin kamu mendengar apa yang diomongkan mamaku.
Tuh, kan, mukamu makin memerah?