"Ada lapangan kecil di sana, terlindung dari pepohonan. Tunggu aku esok sore," kata Patta.Â
"Kita tetap bersahabat, bukan?"
"Ya. Sampai kapan pun."
***
Sore itu mereka berhadapan.Â
"Kita tetap bersahabat, bukan?" ulang Mappatadang.Â
"Ya."
Mappatadang meraba pinggangnya. Begitu juga dengan Pattasina. Tangannya berkeringat memegang hulu badik.Â
Sementara nun di laut dekat muara, ombak terlihat tenang. Di atasnya sekumpulan burung camar bersiutan mencari mangsa. Menukik cepat. Ikan-ikan di bawah bergerak menghindar. Dalam satu kesempatan ada yang terkena. Seekor ikan menggelepar dalam cengkeraman kuku camar. Terbang melesat membawa mangsanya.Â
Dan di saat yang sama Patta sedang mendekap perutnya yang robek terkena badik Tadang. Patta jatuh terduduk. Pandangannya nanar. Ia masih mencoba tersenyum menatap sahabatnya. Lalu, diam.Â
***