Mungkin dari sana awalnya. Entah siapa yang memulai, Marwa dan Patta saling jatuh cinta. Tapi hubungan mereka harus membentur tembok, orang tua Tadang taksetuju.Â
Ayah Tadang adalah keluarga terpandang, orang terkaya di kampung itu. Sedang ayah Patta dari keluarga sederhana.Â
Menyadari itu Tadang mencoba membantu, membujuk ayahnya. Tapi Patta taksabar, ia lari bersama Marwa. Gegerlah seisi kampung.Â
Terasa langit rumah akan runtuh karena gelegak amarah ayah Tadang. Terhuyung-huyung ia membawa tubuh tuanya sambil menghunus badik menuju rumah Patta. Tapi Patta telah lenyap.Â
Hampir saja terjadi pertumpahan antarkeluarga itu. Untung dapat dilerai tetua kampung.Â
Tapi Patta harus membayarnya. Ini sirri! Pattasina telah menginjak-injak harga dirinya dan keluarganya. Masih berapi-api ia menghardik Tadang, anak lelaki satu-satunya. Cari Pattasina!Â
Gemetar tangan Mappatadang menerima badik pusaka keluarga dari tangan ayahnya.Â
***
Bagi Pattasina sendiri sebenarnya hanya ingin meruntuhkan kesombongan ayah Tadang. Pernah dalam suatu kesempatan, ayah Patta menyinggung hubungan Marwa dengan Pattasina. Tapi yang didapat adalah kata-kata kesetaraan, juga penghinaan.Â
"Berapa kau sanggup memberi uang antaran bila melamar anakku?"
Telinga ayah Patta berdenging mendengarnya. Ia antara malu dan marah. Tapi ia takdapat berbuat apa-apa.Â