Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ketika Badik Tak Mempunyai Mata

10 Desember 2020   05:14 Diperbarui: 10 Desember 2020   05:21 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada lapangan kecil di sana, terlindung dari pepohonan. Tunggu aku esok sore," kata Patta. 

"Kita tetap bersahabat, bukan?"

"Ya. Sampai kapan pun."

***

Sore itu mereka berhadapan. 

"Kita tetap bersahabat, bukan?" ulang Mappatadang. 

"Ya."

Mappatadang meraba pinggangnya. Begitu juga dengan Pattasina. Tangannya berkeringat memegang hulu badik. 

Sementara nun di laut dekat muara, ombak terlihat tenang. Di atasnya sekumpulan burung camar bersiutan mencari mangsa. Menukik cepat. Ikan-ikan di bawah bergerak menghindar. Dalam satu kesempatan ada yang terkena. Seekor ikan menggelepar dalam cengkeraman kuku camar. Terbang melesat membawa mangsanya. 

Dan di saat yang sama Patta sedang mendekap perutnya yang robek terkena badik Tadang. Patta jatuh terduduk. Pandangannya nanar. Ia masih mencoba tersenyum menatap sahabatnya. Lalu, diam. 

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun