"Din."
"Hm?"
"Kamu percaya doa orang teraniaya langsung dikabulkan Tuhan?"
"Percaya."
"Semoga saja detik ini ada tsunami menerjang rumah Warkasa."
"Ngaco. Nggak boleh berdoa yang buruk. Lagian, kalau ada tsunami, rumahmu pasti kena juga. Rumah kamu kan berdekatan dengan dia?"
Dadaku terasa makin sesak.Â
Tiba-tiba Dinni melihat sesuatu di pagar. Kemudian ia menghampiri, mengambil kembang yang kuselipkan tadi.Â
"Bagusnya mawar ini. Siapa yang narok di sini? Nih, untuk kamu aja. Anggap aja hadiah dariku, merayakan kebahagiaanku." Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Aku tersenyum masam.Â
"Tahu nggak, kenapa aku nyuruh kamu datangnya sore? Karena dia, dia, Warkasa malam ini ngajak aku nonton. Ini kencan kami yang pertama. Oh, indahnya."