"Sudah pernah mendengar tentang lorong waktu, seseorang menggunakan mesin waktu, atau alat, atau terserah apa namanya, pergi ke masa silam atau masa depan sesuai dengan waktu yang diinginkannya...?Â
"Sekarang ini saya sedang menjalaninya...! Jadi, saya tahu semuanya. Saya tahu Mbak Kasih akan mengalami kecelakaan, dan...!"
"Omong kosong! Itu hanya fiksi. Hanya ada dalam cerita-cerita novel atau film."
"Lihat ini, lihat!" Hary menunjukkan koran yang dibawanya. "Sekarang tanggal berapa? 19 Desember, kan? Tapi koran ini tertanggal 20 Desember. Lihat, koran ini memberitakan kejadian hari ini, berita tentang kecelakaan dirimu. Apa mungkin sebuah koran tahu tentang kejadian yang akan datang...?"Â
"Oke, oke! Anggap saja semua ini benar. Kamu sudah menaiki mesin waktu, dan segala omong kosong itu. Tapi kenapa kamu melakukan ini? Apa urusanmu?"
"Tadinya saya menganggap ini sebuah peristiwa biasa saja. Tapi setelah peristiwa kecelakaan itu saya baru menyadari, bahwa itu menjadi urusan saya."
"Kenapa?"
"Karena aku mencintaimu...!"
Plak! Kasih menampar pipi Hary.Â
"Kurang ajar kamu, ya? Kamu ini nggak tahu diri, kamu ini siapa? Kamu cuma petugas Satpam! Kamu...!"
Ups! Kasih tersadar, ia telah mengucapkan kata-kata kasar terhadap Hary, sesuatu hal yang tak pernah ia lakukan dalam hidupnya. Tapi kata itu telah terucap. Kasih merasa menyesal. Apalagi setelah melihat tubuh Hary yang bergetar, dan kilatan luka pada bola matanya.Â