Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Kulkas

14 November 2024   18:18 Diperbarui: 14 November 2024   18:18 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kepalanya bergema seperti semangka jatuh saat menghantam lantai.

Sepuluh tahun sejak kematian ibunya, sekarang hampir setinggi dia. Dia menyeret tubuhnya yang tak sadarkan diri ke lemari es, mengangkatnya ke tepi, dan mendorongnya masuk. Melipat lengannya. Menyelipkan lututnya. Menutup pintu.

Kaitnya berbunyi klik.

Ketika ayahnya sadar, teriakan dan ancamannya, yang sekarang teredam dan lemah, tidak lagi berpengaruh. "Berbaringlah dengan tenang dan bernapaslah melalui lubang, Ayah," bisiknya sambil merobek selembar kain dari gaunnya dan menutup lubang.

Dan satu lagi.

Dan satu lagi.

***

Mereka menemukannya duduk telanjang di lantai ruang bawah tanah, lutut ditarik ke dagu, bergoyang maju mundur di samping kulkas.

Mata menatap. Bersenandung lirih, "Jangan buat aku melakukan ini lagi." 

Gaunnya robek-robek. Robek-robek. Robek-robek menjadi benang.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun