Senyumnya yang miring memprovokasiku untuk bertanya, "Mengapa Anda bertanya sampai begitu detailnya, Detektif? Seakan-akan saya seorang tersangka saja."
Aku lihat wajahnya berubah karena tak suka disudutkan seperti itu. Untuk sesaat, dia menjadi pihak yang bersalah.
"Saya minta maaf jika Anda menganggapnya seperti itu, Pak." Dia mengelus rambutnya. "Ini murni pertanyaan rutin."
Kemudian nada suaranya kembali menajam. "Seorang pria dibunuh tadi malam, di apartemen Nona Ranya."
Aku berusaha menampilkan mimik terbaikku untuk terlihat kaget, lalu bertanya, "Apakah kalian sudah menemukan pembunuhnya?"
"Belum." Dia berhenti. "Saya rasa Anda mengenal pria yang terbunuh itu."
"Oh ya?"
"Namanya Archer."
Archer ... Archer," gumamku sambil mengerutkan kening. Lalu aku menjentikkan jari. "Tentu saja! Dia adalah pria yang saya temui dengan Nona Ranya di Shanghai. Meskipun saya hampir tidak bisa mengatakan bahwa saya mengenalnya. Kami hanya bertemu sekali."
"Nona Ranya memberi tahu saya tentang kejadian itu," Dia tersenyum miring seolah-olah hampir berhasil menjebakku. "Menurut Anda, apakah Nona Ranya bersahabat dekat dengannya?"
Aku mengangkat bahu. Kelihatannya tidak lebih dari persahabatan biasa dari orang-orang yang bertemu satu sama lain di luar negeri pada saat liburan."