Dia memandangku dengan rasa ingin tahu. "Kami belum punya kesempatan, Pak."
"Aku mungkin kenal dia," aku menjelaskan. "Bolehkah aku melihatnya sebentar?"
"Ikut saya, Pak," kata polisi itu.
Kami menerobos kerumunan menuju tandu di samping mobil yang rusak. Seorang wanita terbaring terbungkus selimut. Polisi itu menurunkan selimutnya sedikit dan menatapku dengan penuh tanya.
Meski darah dari dua luka di dahi menutupi wajahnya, aku segera mengenalinya sebagai Nyonya Ria Syarif.
"Ibu ini temanku, Pak," kataku. "Apakah aku boleh ikut bersamanya ke rumah sakit?"
Polisi itu tampak bingung. "Bapak tidak terlibat dalam kecelakaan ini, kan?"
"Tidak, aku hanya kebetulan lewat."
Polisi itu menunjuk seorang pria berpakaian preman. "Sebaiknya Anda bertanya kepada dokter, Pak."
Yang disebutnya sebagai dokter adalah seorang pria muda dengan kacamata setebal pantat botol. Menjawab permintaanku, dia berkata, "Saya sangat setuju jika Bapak ikut. Saya tidak tahu sampai saya melakukan pemeriksaan menyeluruh di rumah sakit, tetapi dia tampaknya terluka parah."
"Menurut dokter dia akan hidup?" tanyaku.