Sebagian verba transitif mengungkapkan hubungan antara tiga wujud. Wujud ketiga tidak dapat menjadi titik tolak untuk memerikan peristiwa.
Bandingkan kalimat-kalimat di bawah ini:
2.a. Agung memberi Susi cokelat.
2.b. Susi diberi Agung cokelat.
2.c. Cokelat diberi Agung Susi.
Dalam konstruksi aktif (contoh 2.a.), Agung adalah subjek dan Susi objek. Dalam konstruksi pasif (contoh 2.b.) objek itu menjadi subjek.
Peristiwa yang diperikan dalam kalimat 2.a. dan 2.b. pada dasarnya sama, hanya sudut pandangnya yang berbeda. 2.a. melihatnya dari sudut "pelaku" peristiwa, dan 2.b. dari sudut wujud yang dikenai oleh peristiwa itu. Dalam kedua kalimat itu, cokelat menyatakan wujud yang tempatnya dalam konstruksi itu tidak dapat diubah (dan dari segi makna verba harus hadir) sehingga disebut pelengkap. Namun, dengan bentuk dari verba yang sama, cokelat tidak dapat menjadi titik tolak pemerian peristiwa.
Dari segi tata bahasa, kalimat 2.c.  peristiwanya tidak sama dengan peristiwa dalam 2.a. dan 2.b. Dalam 2.c, Susi-lah yang diberikan kepada cokelat. Verba transitif yang mengungkapkan hubungan antara tiga wujud seperti memberi, disebut dwitransitif (atau bitransitif). Verba transitif yang lain disebut ekatransitif atau monotransitif.
Verba yang tak transitif terpilah menjadi dua kelompok, yaitu verba taktransitif dan verba semitransitif. Verba semitransitif itu juga mengungkapkan peristiwa yang melibatkan dua wujud, tetapi sudut pandang yang diungkapkan hanya satu, yaitu dengan berpijak pada "sumber" peristiwa.
Bandingkan contoh yang berikut.
3.a. Hal itu menyangkut masalah politik.