Jika pembentukan kata pendaratan dan pertemuan dikaitkan dengan mendarat dan bertemu, pembentukan kata baru dapat juga berdasarkan contoh yang sudah ada. Kesamaan pola pembentukan berdasarkan contoh itu disebut analogi.
Di dalam dunia olahraga kita mengenal paradigma bersenam-pesenam dan bertinju-petinju. Kini muncul kata pegolf, pehoki, dan pecatur yang masing-masing dibentuk berdasarkan pola pesenam dan petinju tanpa memperhitungkan ada tidaknya kata bergolf, berhoki, dan bercatur.
Contoh lain yang dianalogikan adalah kata petatar, pesuluh, dan pesapa berdasarkan pola pesuruh yang sudah ada.
3 Proses Morfofonemis
Seperti dinyatakan di atas, sebuah morfem dapat bervariasi bentuknya. Kaidah yang menentukan bentuk itu dapat diperikan sebagai proses yang berpijak pada bentuk yang dipilih sebagai lambang morfem.
Proses perubahan bentuk yang disyaratkan oleh jenis fonem atau morfem yang digabungkan dinamakan proses morfofonemis. Jadi, dalam contoh di atas, proses perubahan meng- menjadi mem-, men-, meny-, menge-, dan me- adalah proses morfofonemis.
4 Afiks, Prefiks, Sufiks, Infiks, dan Konfiks
Kata yang dibentuk dari kata lain pada umumnya mengalami penambahan bentuk pada kata dasarnya. Kata seperti berdua, ancaman, gerigi, dan berdatangan terdiri atas kata dasar dua, ancam, gigi, dan datang yang masing-masing dilengkapi dengan bentuk yang berwujud ber-, -an, -er-, dan ber--an.
Bentuk (atau morfem) terikat yang dipakai untuk menurunkan kata dinamakan afiks atau imbuhan.
Afiks yang ditempatkan di bagian muka suatu kata dasar disebut prefiks atau awalan. Bentuk atau morfem terikat seperti ber-, meng-, peng-, dan per- adalah prefiks atau awalan.
Apabila tempat morfem terikat ini di bagian belakang kata, maka namanya adalah sufiks atau akhiran. Morfem terikat seperti -an, -kan, dan -i adalah contoh sufiks atau akhiran.