Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Pembangkang

30 Desember 2021   20:35 Diperbarui: 4 Januari 2022   20:42 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock via mindfulmethodsforlife.com

"Windu, masuk ke dalam rumah!" teriak Fani. Dengan susah payah dia menyusul Hasto dari belakang melalui rumput basah di halaman tetangga. Langit gelap.

"Apa sebaiknya aku mengambil senter?"

Hasto tidak menanggapi.

Mereka berjalan dari rumah ke rumah, mengintip di bawah semak-semak dan di balik pagar. Tetapi setelah mengelilingi lingkungan itu, mereka kembali ke rumah mereka karena tidak melihat tanda-tanda anjing pembangkang itu.

Windu masih berdiri di tempat yang sama di trotoar, bermain dengan dua boneka tokoh aksi yang sama.

"Dia di sana," katanya, menunjuk dengan bahu.

Di seberang halaman, Sonya berdiri dengan Honey yang bergoyang-goyang di pelukannya.

"Saya mengira gadis cantik ini milik kalian," katanya.

Hasto terdiam berdiri, tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Ya, Honey, sini!" Fani berteriak dari balik punggungnya.

Wajah Hasto berubah ramah. "Terima kasih," teriaknya ke arah Sonya, "dia benar-benar membuat kami ketakutan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun