"Windu, masuk ke dalam rumah!" teriak Fani. Dengan susah payah dia menyusul Hasto dari belakang melalui rumput basah di halaman tetangga. Langit gelap.
"Apa sebaiknya aku mengambil senter?"
Hasto tidak menanggapi.
Mereka berjalan dari rumah ke rumah, mengintip di bawah semak-semak dan di balik pagar. Tetapi setelah mengelilingi lingkungan itu, mereka kembali ke rumah mereka karena tidak melihat tanda-tanda anjing pembangkang itu.
Windu masih berdiri di tempat yang sama di trotoar, bermain dengan dua boneka tokoh aksi yang sama.
"Dia di sana," katanya, menunjuk dengan bahu.
Di seberang halaman, Sonya berdiri dengan Honey yang bergoyang-goyang di pelukannya.
"Saya mengira gadis cantik ini milik kalian," katanya.
Hasto terdiam berdiri, tidak tahu apa yang harus dilakukan.
"Ya, Honey, sini!" Fani berteriak dari balik punggungnya.
Wajah Hasto berubah ramah. "Terima kasih," teriaknya ke arah Sonya, "dia benar-benar membuat kami ketakutan."