Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Angin Padang Pasir

21 Juni 2019   15:01 Diperbarui: 23 Juni 2019   01:27 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mungkin kita akan berternak kambing. Setiap malam membuat suara yang aneh, kincir angin raksasa dari plastik."

"Menikmati apa yang alam berikan pada kita," kata pria itu.

Dia bisa merasakan tubuh perempuan itu bergetar dengan lembut.

"Maksudku, di mana kita sebenarnya setelah semuanya berakhir?"

"Kita akan pulang," katanya.

"Kamu tahu bukan itu maksudku."

Pria itu melepaskan pelukannya dan berbalik, menjauh beberapa langkah. Tangannya menempel di dahi.

"Apakah kita harus melakukan ini?" dia bertanya. "Apakah kita selalu harus datang ke sini?"

"Gurun pasir?"

Dia mencoba untuk menjawab, tapi tenggorokannya bagaikan berpasir. Maka dia diam saja. Matanya menatap garis kabur antara bumi dan langit.

"Aku bersumpah," pria itu akhirnya bersuara, "setiap kali kita mendekati kota, aku membayangkan ada tanda di batas kota yang bertuliskan Tetap Tersenyum atau Tengkorakmu akan Meledak. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun