Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Angin Padang Pasir

21 Juni 2019   15:01 Diperbarui: 23 Juni 2019   01:27 1544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Panas."

"Luar biasa."

"Pembawa sial."

Dia melengos dan berkacak pinggang. Seringai bibirnya mengkhianati kata-kata. Otot-otot pipinya berkedut. Dia berbalik membelakangi pria itu, menarik tangannya melingkari pinggangnya.

"Menurutku kita takkan diizinkan membangun kincir angin di sini, kecuali jika kita ingin menanam kincir modern pembangkit listrik, " kata pria itu. "Menurutmu?"

Diam. Mereka merenung dalam keheningan.

"Politisi sialan," kata pria itu.

Dia bisa merasakan tulang rusuknya bergetar saat perempuan di pelukan terkikik.

"Kota besar adalah mimpi buruk." Dia mengerang.

Pria itu membungkukkan kepalanya untuk mencium rambutnya.

"Semuanya sudah berakhir," kata pria itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun