Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Raya di Kampung Kami

3 Juni 2019   14:35 Diperbarui: 5 Juni 2019   16:03 1915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ibtimes.co.in

Jadilah mereka perempuan dusun yang dijebloskan ke dalam pakaian yang sebenarnya bukan ukuran tubuh berlemak mereka, kembung dan berkeringat kepanasan, lengan mereka yang bulat berat menggantung di kedua sisi badan.

Satu-satunya yang terlihat berbeda adalah pengantin baru seperti Nur Mila dan Isaura. tetapi bahkan mereka tidak terlalu mengesankan buatku, terutama Isaura yang menikah dengan pemuda dari Kisaran dan cara bicara berubah seakan lidahnya lupa bahasa ibunya. Nadanya yang naik turun macam preman terminal Pinang Baris meski sesekali terselip logat pasar yang kental.

Mereka biasanya akan datang pada hari Kamis dan pada hari Senin akan menghilang, kembali ke manapun hidup menyiksa mereka.

Namun Lebaran selalu berbeda. Selalu lebih baik.

Persiapan Lebaran sudah dimulai bahkan sebelum bulan Ramadan dan baru berakhir setelah Syawal berganti Zulkaedah. Hal itu membuat kehadiran Lebaran sungguh berarti, melalui pergantian musim dan khotbah dan ceramah Imam Ustaz Rustam dalam setiap kesempatan malam dan subuh, seolah-olah khotbahnya yang mengundang datangnya Lebaran.

Namun Lebaran kali ini sungguh berbeda, diharapkan kedatangannya sebagai bantuan besar oleh banyak orang. Sepertinya ada ketakutan yang tak terkatakan yang melanda negeri sepanjang tahun termasuk kampung kami.

Bebagai kemalangan datang bertubi-tubi. Bukankah pada bulan Januari, dua minggu setelah Tahun Baru, ketika plafon sekolah tiba-tiba runtuh, seolah-olah ikut menanggung beban negara akibat ambruknya beberapa jembatan jalan tol yang sedang dibangun?

Lalu bulan Pebruari, ketika Karina, putri motivator kota kami Butang Peliang hamil dan tidak mau mengatakan siapa yang menaruh bayi itu di perutnya.

Beberapa hari yang lalu, Mak Jupri memberi tahu ibu tentang Rani, anak tante Mega yang tiba-tiba menghilang, usianya enam belas tahun dan baru lulus sekolah menengah pertama.

Orang-orang kampung sebelah ikut mencari karena Rani menghilang bersama raibnya Jhoni, playboy kampung mereka. Namun setelah tiga minggu tidak ada kabar apa pun,  maka kami menganggap Rani sudah berkalang tanah entah di mana dan begitu pula anggapan penduduk kampung sebelah tentang Jhoni.

Kemalangan semacam ini selalu menjadi bahan khotbah Imam Ustaz Rustam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun