"Lho kok! Memangnya kenapa? Memangnya tidak ada siapa-siapa?" Tanya saya yang mulai penasaran.
"Pernah ada, tapi sekarang sudah nggak." Jawabnya yang terlalu singkat.
"Baiklah, mohon maaf saya terlalu penasaran."
"Nggak apa-apa Mas. Oh ya, nama saya Marni, nama Mas siapa?" Tanyanya kemudian.
"Nama panggilan saya Boy, karena memang saya cowok panggilan, tugas saya antar jemput." Keluar jawaban nyeleneh dari saya yang sok ini.
"Mas, sebentar lagi kita sampai di pasar. Terima kasih ya." Penjelasannya yang selalu saja singkat.
"Baiklah, sama-sama." Saya jawab singkat juga, kan biar adil.
Benar ternyata, setelah keluar dari pertigaan, terlihat tempat yang cukup ramai akan banyak orang. Saya tengok jam, waktu menunjukkan pukul 01:45.
Gerangan, eh Marni namanya, keluar dari mobil. Tersenyum, dan memang tidak ada sedikitpun yang terkesan janggal dari dirinya. Menurut saya yang awam, "Everything is fine about Marni."
"Mas, titip pesan ini ya. Untuk Kang Teguh. Terima kasih Mas Boy." Ujar Marni.
"Woi, buruan! Parkir di depan dong, jangan menghalangi jalan."Â Kaget saya, ternyata ada kendaraan lain di belakang saya. Sopirnya teriak-teriak, padahal ini kan dini hari.