Tanggal 15 Juli 2018, Alfa diare keadaan feses (bab / pub) cair dan terjadi 2 kali. Hal ini diluar kebiasaan Alfa, karena biasanya hanya bab 1 kali sehari. Hal ini berlanjut hingga tanggal 17 Juli 2018 sore, Alfa dibawa ke dokter anak lagi.Â
Nah betapa terkejutnya istri dan ibu saya mendengar dokter bahwa Alfa unwell / tidak bugar dan harus rawat inap karena ada kecurigaan terjadi infeksi otak, dan kami pun mengikuti saran dokter dengan juga meminta tangan kanannya dirontgen dan dokter juga melakukan tes darah. Malam itu juga Alfa dirontgen dan juga menjalani rawat inap di rumah sakit. Hingga tanggal 20 Juli 2018 siang, Alfa mengalami perkembangan baik dan terlihat mulai bugar meskipun masih diare.
Hal yang tidak terduga pada sekitar pukul 14:00 (20 Juli 2018), mata Alfa melihat ke kanan terus dan tidak mau bergerak mengikuti jari dan kepalanya pun ikut menengok ke kanan. Kami bingung dan memanggil perawat, kemudian perawat juga mencari dokter jaga.Â
Kemudian kurang lebih pada pukul 14:30, Alfa nyusu ke ibunya dan benar-benar seperti sudah lama tidak nyusu (bahasa jawa ngonggor) padahal dia baru nyusu beberapa jam yang lalu.Â
Setelah kejadian itu tiba-tiba badan Alfa lama-lama kaku, dan tangan kanannya juga. Alfa coba ditidurkan di kasur dan saya membuka mulutnya ternyata gusinya menggigit lidah (bahasa jawa gathik), jadi saya memanggil perawat.Â
Dan untung dokter jaga yang ditunggu juga sudah di lantai tsb, akhirnya diberikan obat kejang melalui anus dan Alfa tertidur. (Sebagai catatan bahwa pada kurang dari jam 14:00 Alfa ditermometer dan suhunya hanya 37,7 derajat celcius.Â
Kemudian catatan berikutnya adalah kejang belum tentu terlihat seperti badan yang berguncang, tetapi keadaan Alfa yang matanya ke kanan terus dan kepalanya juga merupakan tanda kejang. Tanda kejang yang lain adalah badan terasa kaku, tangan kaku pada posisi tertentu dan posisi gusi menggigit lidah. Hal ini juga baru saya ketahui.)
Alfa dipindahkan ke ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit), Alhamdulillah dokter anak yang merawat sedang praktek di poli jadi bisa langsung menangani Alfa. Dari kejadian ini, maka dokter anak semakin yakin ada infeksi di otak Alfa. Kemudian dokter anak tsb meminta persetujuan untuk dilakukan LP (Lumbar Puncture / Pungsi Lumbar), saya ikut menemani untuk menyaksikan prosedur LP dilakukan.
Saat ditusukkan jarum kemudian keluar air dengan deras (mancur), maka dokter tidak bisa menyelesaikan prosedur LP. Hal ini karena tekanan di otak Alfa sangat tinggi jadi tidak bisa menyelesaikan LP, umumnya prosedur LP dilakukan bila cairan yang keluar hanya menetes. Dokter anak kemudian mengutarakan bahwa kemungkinan yang terjadi adalah adanya tumor otak atau infeksi / radang otak, untuk mengetahui kepastiannya maka harus dilakukan CT Scan dan Alfa harus dirujuk ke rumah sakit lain.Â
Kami pun menurut kata dokter anak dan akhirnya dilakukan persiapan untuk pindah ke rumah sakit lain, setelah persiapan selesai Alfa kolapse dan tidak bisa bernafas spontan (bernafas sendiri). Dokter anak meminta persetujuan untuk dilakukan support alat ventilator (alat bantu pernafasan) dan kemudian Alfa stabil lagi meskipun dengan bantuan alat.Â
Dengan tidak sadarnya Alfa, maka secara tidak langsung keadaan atau status Alfa koma. Kami sebagai orang tuanya benar-benar shock dan melihat ventilator dimulutnya, selang supply asi di hidung dan ada 2 infus yang menancap di tangan kanan dan kirinya, disertai suara ventilator dan alat pemantau jantung yang khas (masih terngiyang hingga sekarang).Â