Bismillahi Rahmanir RahimÂ
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Awal Cerita
Cerita ini berkisah mengenai seorang anak laki-laki bernama Alfa, anak kedua kami yang lahir pada tanggal 24 Desember 2017. Semoga dengan cerita ini, para orang tua bisa lebih perhatian dan memahami perkembangan masalah kesehatan untuk buah hatinya.
Alfa lahir pada minggu ke 38 kehamilan istriku, awalnya tidak ada tanda-tanda kontraksi. Jadi akhirnya harus dipacu menggunakan tablet pacu dengan dosis seperempat tablet diminum dua kali dengan jeda waktu sekitar 5 jam, pada tanggal 23 Desember 2017. Alhamdulillah pada tanggal 24 Desember 2017 pukul 5:25, bayi Alfa lahir dengan normal dan sehat. Berat badan 3,09 kg dan tinggi badan 48,5 cm.
Setelah dilakukan observasi selama sehari, tanggal 25 Desember 2017 bayi Alfa dinyatakan tingkat bilirubinnya tinggi dan harus disinar selama 6 jam. Setelah hal itu dilewati dan dinyatakan boleh pulang, kami pun dengan senang hati pulang ke rumah pada tanggal 26 Desember 2017.
Oiya selama di rumah sakit dan rumah, kami kedatangan banyak teman dan saudara yang menjenguk. Namun hal ini pun sebenarnya ancaman bagi kesehatan Alfa, apalagi kami membebaskan siapa saja boleh menyentuh dan menggendong Alfa meskipun sebelumnya tidak berbersih diri dulu. (hal ini juga harus menjadi perhatian para orang tua, agar setidaknya para penjenguk membersihkan diri dulu. Ya paling tidak tangannya sudah cuci dengan sabun / hand sanitizer).
Hal yang juga susah kami lakukan adalah keaktifan anak pertama kami yang kerap kali mendekati adiknya meskipun dalam keadaan sakit. Namun Alhamdulillah Allah memberikan kesehatan dan kekebalan tubuh yang baik. Hal ini kami bandingkan dengan usia 3 bulan kakak Alfa, dimana kami sering ke dokter untuk berobat ini itu.
Semenjak kakaknya kami selalu mengikuti program imunisasi yang sudah diprogramkan oleh pemerintah, hal ini juga kami lakukan kepada Alfa. Setelah imunisasi pun Alfa tergolong normal, jika panas suhu tubuhnya kami kasih parasetamol dan normal kembali suhu tubuhnya.
Sejauh pengamatan kami, tumbuh kembang Alfa normal seperti anak pada umumnya. Dari segi berat badan, Alfa termasuk dalam batas hijau di KMS. Begitu juga untuk tinggi badan dan lingkar kepalanya.Â
Hingga usia 5 bulan, kami sudah memberikan imunisasi lengkap sesuai KMS, dan kami tidak memberikan imunisasi tambahan. (hal ini juga patut menjadi perhatian bagi para orang tua, setidaknya berfikir ulang untuk memberikan imunisasi tambahan). Hingga usia 5 bulan, Alfa termasuk anak yang aktif, sudah mulai ngoceh (sejak 2 bulan), mulai tengkurep dan belajar terlentang lagi, kemudian sudah mulai ingin ditetah (belajar berjalan). Oiya Alfa juga sudah mulai ingin makan.
Kejadian yang mengagetkan terjadi pada tanggal 24 Juni 2018, dimana pada pagi harinya kami sekeluarga jalan-jalan ke tempat wisata baru. Selama pagi hingga sore hari, kami ngga ngeh / tahu jika tangan kanan Alfa kurang aktif.Â
Baru sore hari, kami mengetahui jika tangan kanan Alfa tidak aktif bahkan bisa dikatakan lemes dan jika digendong atau tangan kanan dalam posisi tidak nyaman maka Alfa nangis atau melakukan gerakan ingin ganti posisi. Pada malam harinya setelah pengamatan lebih lanjut, maka kami menghubungi dukun bayi yang biasa merawat juga pijat Alfa.Â
Tanggal 25 Juni 2018 pagi, Alfa dipijat dan Alhamdulillah tangan kanannya mau aktif kembali. Namun malam harinya kami tersadar jika tangan kanannya tidak mau menggenggam, meskipun kami sudah melakukan stimulasi dengan mainan maupun pegangan tangan.Â
Hal ini berbeda dengan hari sebelumnya dimana Alfa selalu bereaksi jika ada mainan ataupun digenggam tangannya dan Alfa balik menggenggam. Kejadian tersebut dibarengi dengan keadaan tubuh Alfa yang anget (jika ditermometer juga sudah menunjukkan suhu lebih dari 37,5 derajat celcius).
Tanggal 26 Juni 2018 pagi, istri dan ibu saya membawa Alfa ke dokter anak untuk diperiksa. Terutama untuk tangan kanannya yang tidak aktif dan tidak mau menggenggam, saat ketemu dokter istri saya menyampaikan kekhawatirannya dan dokter pun bertanya apakah Alfa baru saja dipijat. Kemudian istri menjawab bahwa sehari sebelumnya memang baru dipijat, jadi kemungkinan masih njarem dugaan dokter begitu.Â
Dari hasil pemeriksaan dokter, Alfa didiagnosa batuk pilek dan diresepkan obat untuk batuk pilek. Beberapa hari berlalu namun tangan kanan Alfa masih belum aktif dan tidak mau menggenggam.
Hal itu diiringi dengan suhu tubuh Alfa yang naik turun dan beberapa hari panas, kemudian beberapa hari sehat namun kemudian panas lagi. Tetap yang menjadi perhatian utama kami adalah tangan kanannya.
Merasa masih belum ada perubahan maka tanggal 7 Juli 2018, kami membawa Alfa untuk bertemu dengan dokter anak kembali dengan keluhan masih sama yaitu tangan kanannya. Sore harinya, kami bertemu dokter anak dan keluhan kami diterima dengan dilakukan beberapa tes. Bahkan Alfa sampe istilahnya dibolak balik dan anehnya pada saat itu tangan Alfa aktif, meskipun tidak diuji mengenai genggaman.Â
Dan lagi-lagi setelah diperiksa, dokter menyatakan diagnose batuk pilek, jadi diresepkan obat untuk sakit tsb. Oiya pada hari itu Alfa memang agak rewel dengan disertai nangis yang tidak biasanya (Alfa termasuk anak yang jarang menangis, bahkan jika malam hari Alfa ingin nyusu ibunya pun dia lebih baik ngemut tangannya hingga berbunyi dan baru nanti saya tau istri bangun, baru disusui).Â
Akhirnya kami pulang dari dokter anak dengan obat batuk dan pilek yang sudah diresepkan. Pada tanggal 13 Juli 2018, Alfa mulai kelihatan lemas, sering tidur dimana baru bangun sudah pengen tidur lagi.
Tanggal 15 Juli 2018, Alfa diare keadaan feses (bab / pub) cair dan terjadi 2 kali. Hal ini diluar kebiasaan Alfa, karena biasanya hanya bab 1 kali sehari. Hal ini berlanjut hingga tanggal 17 Juli 2018 sore, Alfa dibawa ke dokter anak lagi.Â
Nah betapa terkejutnya istri dan ibu saya mendengar dokter bahwa Alfa unwell / tidak bugar dan harus rawat inap karena ada kecurigaan terjadi infeksi otak, dan kami pun mengikuti saran dokter dengan juga meminta tangan kanannya dirontgen dan dokter juga melakukan tes darah. Malam itu juga Alfa dirontgen dan juga menjalani rawat inap di rumah sakit. Hingga tanggal 20 Juli 2018 siang, Alfa mengalami perkembangan baik dan terlihat mulai bugar meskipun masih diare.
Hal yang tidak terduga pada sekitar pukul 14:00 (20 Juli 2018), mata Alfa melihat ke kanan terus dan tidak mau bergerak mengikuti jari dan kepalanya pun ikut menengok ke kanan. Kami bingung dan memanggil perawat, kemudian perawat juga mencari dokter jaga.Â
Kemudian kurang lebih pada pukul 14:30, Alfa nyusu ke ibunya dan benar-benar seperti sudah lama tidak nyusu (bahasa jawa ngonggor) padahal dia baru nyusu beberapa jam yang lalu.Â
Setelah kejadian itu tiba-tiba badan Alfa lama-lama kaku, dan tangan kanannya juga. Alfa coba ditidurkan di kasur dan saya membuka mulutnya ternyata gusinya menggigit lidah (bahasa jawa gathik), jadi saya memanggil perawat.Â
Dan untung dokter jaga yang ditunggu juga sudah di lantai tsb, akhirnya diberikan obat kejang melalui anus dan Alfa tertidur. (Sebagai catatan bahwa pada kurang dari jam 14:00 Alfa ditermometer dan suhunya hanya 37,7 derajat celcius.Â
Kemudian catatan berikutnya adalah kejang belum tentu terlihat seperti badan yang berguncang, tetapi keadaan Alfa yang matanya ke kanan terus dan kepalanya juga merupakan tanda kejang. Tanda kejang yang lain adalah badan terasa kaku, tangan kaku pada posisi tertentu dan posisi gusi menggigit lidah. Hal ini juga baru saya ketahui.)
Alfa dipindahkan ke ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit), Alhamdulillah dokter anak yang merawat sedang praktek di poli jadi bisa langsung menangani Alfa. Dari kejadian ini, maka dokter anak semakin yakin ada infeksi di otak Alfa. Kemudian dokter anak tsb meminta persetujuan untuk dilakukan LP (Lumbar Puncture / Pungsi Lumbar), saya ikut menemani untuk menyaksikan prosedur LP dilakukan.
Saat ditusukkan jarum kemudian keluar air dengan deras (mancur), maka dokter tidak bisa menyelesaikan prosedur LP. Hal ini karena tekanan di otak Alfa sangat tinggi jadi tidak bisa menyelesaikan LP, umumnya prosedur LP dilakukan bila cairan yang keluar hanya menetes. Dokter anak kemudian mengutarakan bahwa kemungkinan yang terjadi adalah adanya tumor otak atau infeksi / radang otak, untuk mengetahui kepastiannya maka harus dilakukan CT Scan dan Alfa harus dirujuk ke rumah sakit lain.Â
Kami pun menurut kata dokter anak dan akhirnya dilakukan persiapan untuk pindah ke rumah sakit lain, setelah persiapan selesai Alfa kolapse dan tidak bisa bernafas spontan (bernafas sendiri). Dokter anak meminta persetujuan untuk dilakukan support alat ventilator (alat bantu pernafasan) dan kemudian Alfa stabil lagi meskipun dengan bantuan alat.Â
Dengan tidak sadarnya Alfa, maka secara tidak langsung keadaan atau status Alfa koma. Kami sebagai orang tuanya benar-benar shock dan melihat ventilator dimulutnya, selang supply asi di hidung dan ada 2 infus yang menancap di tangan kanan dan kirinya, disertai suara ventilator dan alat pemantau jantung yang khas (masih terngiyang hingga sekarang).Â
Kami hanya bisa menangis sembari mengucap kalimat istigfar (seharusnya disertai juga kalimat istirja' "Innalillahi wa inna ilaihi rojiun"). Senja itu menjadi senja yang mengagetkan, dan meskipun disela kegaduhan yang terjadi kami sadar bahwa Alfa adalah titipan Allah dan hanya milik Allah, tetapi kami dirundung rasa tidak karuan dan sedih yang mendalam.Â
Dari kejadian itu, ibu kami langsung juga meminta kakak kami untuk menyalurkan sedekah atas nama Alfa. Selain membersihkan harta kami, juga memohon kepada yang diberi untuk ikut mendoakan Alfa.Â
Malamnya kami juga segera melakukan planning sedekah ke beberapa tempat dan juga kami memperbanyak sholat sunnah kami (sholat tobat, sholat tahajud dan sholat hajat). Oiya kami juga membacakan ayat-ayat suci Al Qur'an di sebelah Alfa dengan menahan diri agar tidak menangis dan konsentrasi terhadap bacaan kami.
Hari demi hari terlewati dengan jadwal yang cukup padat, dari mulai sholat subuh kemudian pumping asi, menemui Alfa sambil baca doa-doa, istirahat, sholat dhuha, istirahat, kemudian sholat dhuhur, pumping asi, menemui Alfa sambil membaca doa-doa, istirahat, sholat ashar, menemui Alfa sambil membaca doa-doa, istirahat, sholat maghrib, istirahat, sholat isya, pumping asi, menemui Alfa membaca doa-doa dan membaca Al Qur'an, sampai tengah malam, istirahat, sholat tahajud, sholat hajat, istirahat, sholat subuh.Â
Berulang hingga hari ke 8 Alfa di PICU, oiya kami juga menjalankan sholat rawatib. Aku jadi inget perasaan seperti ini saat umrah, benar-benar setiap hari kejar-kejaran dengan waktu untuk beribadah dan hanya Allah yang ada dibenak kami.
Hari ke 7 Alfa di PICU, kamis 26 Juli 2018 menjadi hari yang lebih mengejutkan karena Alfa tidak ada perkembangan kearah yang baik, kesadarannya masih terlalu dalam dan yang lebih bikin heart breaking adalah diagnosa dokter anak bahwa Alfa kemungkinan MBO (Mati Batang Otak).Â
Di mana Alfa sudah tidak merespon rangsangan apapun, jadi kemungkinan organ yang masih bekerja adalah yang termasuk organ otonom yang secara otomatis bekerja tanpa perintah otak. Secara halus dokter anak menjelaskan bahwa tingkat mortalitas tinggi dan jika survive kemungkinan besar terjadi kecacatan, ditunjukkan ke kami bahwa jika support alat diturunkan maka organnya sudah tidak mampu.Â
Kami diberi pilihan menghentikan support yang ada (bener-bener shock karena kami sebagai orang tua yang harus memilih hidup dan mati Alfa) atau didatangkan 2 dokter spesialis yaitu dokter spesialis anastesi dan saraf untuk memastikan bahwa memang MBO. Jujur kami blank dan hanya bisa istigfar sembari bercucuran air mata. Kemudian kami meminta waktu untuk berdiskusi dengan keluarga untuk menentukan pilihan.Â
Kemudian pilihan kami adalah untuk mendatangkan 2 dokter spesialis, awalnya dari pihak manajemen rumah sakit sempat menanyakan ke kami apakah mau malam itu didatangkan kedua dokter spesialis, namun kami meminta besok karena kami ingin berusaha untuk berdoa, membaca Al Qur'an dan melakukan sholat dulu. Kami bertekad malam itu akan menggempur langit dengan usaha keras kami, agar diturunkan keajaiban untuk Alfa.
Tanggal 27 Juli 2018, setelah semalaman hingga subuh kami berusaha dan sempat istirahat. Kemudian sekitar jam 7 pagi dokter anak visit dan menyatakan tidak ada perubahan pada diri Alfa dan jadwal kedua dokter spesialis yang lain juga belum jelas kemungkinan sore. Namun pada jam 8, terlihat seorang ibu masuk ke ruang PICU dan ternyata dokter spesialis anastesi yang dengan sigap langsung mengecek keadaan Alfa.Â
Bahkan saking seriusnya aku pun tidak disadari keberadaannya. Melihat Alfa dites oleh dokter spesialis anastesi, membuatku kasihan melihat Alfa. Kemudian setelah dokter spesialis anastesi tersebut sadar, maka aku dan istriku diberi edukasi mengenai keadaan Alfa dan secara langsung menanyakan mengenai keikhlasan kami untuk membiarkan Alfa pergi.Â
Kami sempat bingung dan saling memandang kemudian melihat Alfa yang terpasang beberapa alat, kami pun akhirnya harus mengikhlaskan Alfa kembali ke Allah pada usia baru 7 bulan 3 hari.Â
Dengan sigap proses penurunan support alat pun dilakukan, betapa membuat kami seketika menumpahkan rasa sedih kami, melihat bibir Alfa yang seketika biru keungu-unguan begitu juga dengan telapak tangan dan kakinya. Badan Alfa juga mulai dingin dan tampak kaku.Â
Oiya proses dimulai jam 8:20 yang kami kira Alfa langsung meninggalkan kami. Tetapi ternyata dokter spesialis anastesi membuat settingan alat sehingga Alfa bisa pergi secara natural.Â
Perawat pun meminta kami untuk mengiringi kepergian Alfa dengan doa dan juga membaca Al Qur'an. Kami lakukan itu dan setiap kali kami sendirian, aku sedikit berteriak (meskipun ngga bisa) mengucap "Ya Allah jika Engkau akan memberikan keajaiban untuk Alfa maka sekaranglah saatnya".Â
Kami tidak berhenti berdoa dan membaca Al Qur'an sembari dalam pikiran dan hati kami berharap Allah memberikan keajaiban. Semua berakhir pada jam 10:45, Alfa dinyatakan sudah tidak ada. Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, sesungguhnya ia adalah ciptaan Allah dan sesungguhnya ia akan kembali kepada-Nya.
The Flashback
Pada bagian ini saya akan membahas banyak hal setelah Alfa kembali ke Allah, jadi semacam introspeksi selama kurang lebih 1 bulan ini. Untuk hal ini akan saya buat poin per poin, sebagai berikut :
-Dari semenjak lahir Alfa sehat dan tidak nampak ada sakit, tubuhnya yang termasuk gendut dan secara tumbuh kembang termasuk sesuai KMS.
-Hampir setiap dokter jaga yang visit dan terutama dokter anak menanyakan perihal imunisasi dasar yang sudah dilakukan, seperti yang kita tahu bahwa imunisasi meningkatkan sistem kekebalan tubuh.Â
Dan pada kasus ini Alfa sudah lengkap imunisasi dasar (sesuai program pemerintah) sampai usia 6 bulan, hal ini kerap ditanyakan karena membantu juga para dokter untuk mengerucutkan diagnosa (menegakkan diagnosa) dengan mengurangi kemungkinan-kemungkinan diagnosa yang muncul akibat gejala yang muncul. Jadi imunisasi penting ya ayah dan bunda.
-Dari berbagai sumber yang didapat dari dokter anak dan juga browsing Google, gejala yang muncul untuk penyakit Meningoensefalitis tidak spesifik. Biasanya muncul seperti anak terkena sakit batuk pilek.Â
Namun pada Alfa sebenarnya ada gejala yang muncul yang sebenarnya pertanda yaitu tangan kanan yang tidak aktif (lemas). Setelah googling ternyata ada tulisan di website kompas.Â
Sulit. Menular.tapi.Mematikan&hl=en-ID pada paragraf kedelapan disitu membahas masalah bagian tangan atau kaki yang lemah seperti pada stroke. Jadi ayah dan bunda musti lebih perhatian masalah ini dan kalo perlu mengotot dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, karena siapa tau anak anda bisa tertolong.
-Untuk mencegah terjadinya penyakit Meningoensefalitis bisa dengan imunisasi PCV lebih lanjut bisa langsung kunjungi https://www.alodokter.com/pentingnya-vaksin-pcv-mencegah-meningitis-dan-penyakit-berbahaya-lain Untuk orang yang lebih tua ada imunisasi PPV.
-Hendaknya sebagai orang tua selalu introspeksi, mohon ampun dan petunjuk serta bimbingan kepada Allah agar selalu dapat menjadi orang tua yang baik.
-Untuk bayi usia masih dibawah 1 tahun lebih baik mengurangi kontak dengan orang lain selain orang tua, jagalah kebersihan (jika dirasa perlu, sediakan hand sanitizer).
-Perhatikan jika anak badannya panas, maka lebih baik segera ke rumah sakit terdekat apalagi jika sudah melebihi 38,5 Celsius.
-Perhatikan seberapa banyak bayi kita BAB dan perhatikan fesesnya, jika diare dan berbusa dan juga frekuensi minimal 2 kali, maka segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Karena kita tidak tahu berapa banyak cairan yang keluar dan hal ini berbahaya.
-Ternyata kejang tidak hanya tubuh bergetar dengan panas tinggi, pada kasus Alfa yang kami tidak paham adalah saat sedang digendong kemudian mata Alfa melihat ke arah kanan dan tidak mau berganti arah.Â
Kemudian tipe kejang yang lain adalah tiba-tiba saat digendong tubuh Alfa tiba-tiba kaku dan tangannya juga agak menegang ke atas. Jadi jika salah satu dari gejala ini terjadi bawa anak segera ke rumah sakit terdekat dan bilang kalo si anak kejang, oiya catat atau ingat-ingat waktu terjadinya kejang.
Perlu diperhatikan juga dalam kasus Alfa mulai dari gejala tangan kanan lemas (seperti stroke) tanggal 24 Juni 2018 hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir 27 Juli 2018, bisa disimpulkan bahwa penyakit Meningoensefalitis benar-benar cepat dan mematikan. Jadi hendaknya bila sudah mempelajari gejala dan tanda kemungkinan ke arah sakit ini, maka segera bawa pasien ke rumah sakit secepatnya karena semakin cepat tertangani semoga semakin mudah penyembuhannya.
Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang tua.
Mohon maaf jika ada yang kurang dan salah itu datangnya dari saya, dan hanya milik ALLAH segala ilmu yang ada.
Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H