***
Saya baru saja memasuki ruang jaga kamar bersalin di lini depan ini. Bagaimana tidak, kamar bersalin IGD rumah sakit rujukan ini terkadang bikin gila otak dan otot. Sekali jaga saja, bisa puluhan perempuan datang untuk melahirkan, yang sebagian besar kehamilannya bermasalah. Entah posisi bayinya sungsang, plasentanya menutupi jalan lahir, bayinya nggak lahir-lahir, atau malah ketuban yang sudah lama pecah tapi bayi masih adem ayem saja di dalam sana. Banyak. Dan banyak pula yang berakhir di kamar operasi darurat, Caesar Sesarian alias dikenal dengan Sesar.
Saya berharap semoga malam ini pasien tidak begitu ramai seperti kemarin sehingga nyaris semalaman tidak tidur karena harus mengawasi pasien dengan drip oksitosin, yaitu satu cara pemacu persalinan. Belum lagi paginya harus disambung dengan visit besar dokter pakar kandungan yang kami sebut sebagai dokter konsulen.
Sepertinya baru pagi tadi visit besar bersama Sang Dokter dan kasus perempuan kecil ini membuatku harus bertemu lagi dengannya. Bukan enggan, tidak sama sekali. Bahkan, kalau boleh meminta, andai boleh membuntuti Sang Dokter karena ilmu yang beliau berikan sangat berguna. Namun ya itu tadi. Aura yang terpancar kuat sudah terlebih dulu membuat kami klepek-klepek.
Perempuan cilik tadi masih saja meringis kesakitan walau tidak seperti awal waktu datang. Perdarahan juga sudah tidak mengalir deras seperti di awal. Bedanya, lelaki yang mengantarkannya pertama kali sudah tidak ada. Kali ini seorang wanita paruh baya yang menemani perempuan cilik itu. Sepertinya dia ibunya.
Operan jaga pasien pun dimulai. Saya yang baru saja berpindah ke kamar bersalin depan menerima beberapa pasien baru dan teman yang tadi berjaga di kamar bersalin IGD akan pindah tugas di ruang bersalin belakang. Kami menyebutnya VK belakang, kamar inap persalinan yang lebih ‘lezat’ karena di sanalah tindakan persalinan langsung dilakukan. Sementara di ruangan bersalin IGD ini hanya tindakan awal sebelum persalinan saja yang kami lakukan. Toh akhirnya semua pasien di sini akan dikirim ke ruang bersalin belakang atau menginap langsung di ruang lain bila kasus penyebab kedatangan pasien tersebut berhubungan dengan non-kehamilan.
"Kenapa gadis cilik itu?" tanya saya pelan saat berada di ruang koas, satu ruangan sempit berukuran 2x2 meter yang hanya bersekat triplek sehingga suara harus dilembutan bila tidak ingin menganggu pasien yang ada.
"Perdarahan per vaginam. Kata keluarganya, jatuh dari pohon waktu ngambil daun." Mita, teman operan jaga saya langsung menjelaskan.
"Aneh banget! Jatuh ngambil daun?" Alasan yang sangat aneh. Aura detektif langsung terpancar dari radar saya.
"Tadi yang nganter cowok muda gitu. Aneh banget, dia ketakutan gitu."
"Atau jangan-jangan…Kamu sudah liat hymen-nya belum? Masih utuh atau sudah intak?"