"Tentu, siapa lagi?" jawabnya.Â
"Mas Nabil sudah meninggal dunia, tuan" ucapnya. seraya menundukkan kepalanya.
"Bagusah, aku tidak perlu melihat wajah itu lagi" ucap Bahrul. Orang tersebut hanya terdiam mendengar ucapan itu.Â
"Mas Nabil menitipkan satu surat untuk anda, saya akan menaruhnya disini, saya pamit sebentar" orang tersebut pergi dari kamar Itu. Bahrul tampak tak acuh dengan surat itu, namun ia sedikit penasaran, mengapa dia masih saja peduli padanya yang telah menindasnya bertahun- tahun.
Ayah..
Ayahku yang baik, suami bunda yang baik, aku izin pamit ya, tolong jaga kesehatan selama aku dan bunda pergi, aku akan sampaikan salam ayah. Jaga ginjal yang aku donorkan. ya ayah? Tolong tetap hidup, aku yakin ayah kuat, namun anak kecilmu ini tidak ayah, maaf Nabil masih butuh bunda, Nabil cengeng tanpa bunda. Nabil maafin kesalahan ayah semuanya, tolong maafin Nabil juga ya ayah? Aku mau kita. berkumpul lagi di surga sama bunda, tapi jangan keburu ya ayah, nikmatin dulu hidup ayah. Nabil dan bunda sayang ayah!
Bahrul terdiam merenungi, tidak tersadar ia menangisi menyesali apa yang sudah ia lakukan pada anak semata wayangnya itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H