'Brakk' suara bising mengusik mimpi indah pemuda itu. Dia terbangun dan segera keluar dari kamarnya untuk melihat apa yang sedang terjadi. Setibanya la ditempat asal suara Itu terdengar, ia melihat ayahnya mengobrak-abrik seisi dapur.Â
"Ayah, ada apa?" tanya pemuda itu.Â
"Jam berapa ini kamu. baru bangun!? Anak tidak tahu diuntung!" bentak ayahnya penuh dengan amarah.Â
"Aku bertanya baik-baik ya ayah! Ini hari libur, terserah aku mau. bangun jam berapapun!" Pemuda itu membentak balik.
Dengan satu gerakan ayahnya melempar gelas kaca kearahnya, pecahan kaca itu mengenal tulang pipinya, menyebabkan luka disana. Pemuda itu pergi dari sana tanpa meninggalkan sepatah katapun, dengan suasana hati yang buruk.Â
 Â
"Nabil!" ucap ayahnya meneriakkan namanya, namun Nabil tidak mempedulikannya. Nabil nama pemuda itu.Â
Nabil sudah lama tinggal berdua.bersama ayahnya, Bahrul. Ditinggal oleh bundanya membuat Nabil sering bertengkar dengan Bahrul, bahkan masalah sepele dapat menjadi besar karena ego mereka yang sangat tinggi. Nabil sulit mengendalikan emosinya saat. bersama Bahrul, begitu juga sebaliknya.
Nabil pergi ke taman yang ada di dekat komplek perumahannya, la duduk dibawah pohon yang sedikit jauh dari banyaknya orang. Nabil hanya. terdiam di sana, memandang orang-orang terlihat bahagia bersama keluarganya.Â
Sampai seorang gadis mendekati nya dan duduk disampingnya.Â
"Kenapa pipimu itu?" tanya gadis itu.Â
"Bukan urusanmu" ketus Nabil.
"Baiklah" jawabnya. Mereka terdiam canggung, sampai gadis itu berkata.
"Mau aku obatin lukanya?"Â
"Tidak perlu, Ini akan sembuh seiring berjalannya waktu" jawab Nabil.Â
Gadis itu pergi, lalu kembali lagi dengan menenteng tas plastik di tangannya.
"Apalagi!?" ketus Nabil.Â
"Sini, aku obatin dulu lukanya, takut infeksi" ucap gadis itu sambil duduk disampingnya kembali dan mengobati luka di pipi Nabil.Â
Nabil hanya terdiam, "Kamu anak SMA Tunas Bangsa bukan? Seingat ku, aku pernah melihat kamu di sekolah." tanya gadis itu.Â
"Iya, aku sekolah di sana, kamu juga?" ucap Nabil sembari bertanya.Â
"Iya, aku kelas 12-A, kamu?" tanyanya lagi.Â
"Aku 12-J, jauh banget ya? Layaknya seorang gadis pintar dan seorang lelaki nakal, haha" ucap Nabil.Â
"Ya enggak dong, aku nggak sepintar itu" jawabnya.Â
"Bohong. oh iya, nama kamu siapa?" tanya Nabil.Â
"Jasmine, kamu?" Jawabnya sambil memasukkan kemball alkohol dan kapas yang la gunakan untuk mengobati luka di pipi Nabil kedalam tas plastik.Â
"Aku Nabil. Terima kasih, Jasmine" ucap NabilÂ
"lya, sama sama" jawab Jasmine.Â
"4 bulan lagi kita lulus, kamu lanjut kuliah atau langsung kerja?" tanya Nabil.Â
"Nggak tahu, kenapa?" ucap Jasmine.
"Gak apa-apa, cuma penasaran" ucap Nabil.Â
"Nabil, aku pergi dulu ya, aku ada urusan, sampal jumpa" ucap Jasmine lalu pergi meninggalkan Nabil sendiri.
Nabil memutuskan untuk kembali pulang setelah dirasa suasana hatinya cukup membaik, karena perhatian dari Jasmine yang sudah lama tidak ia rasakan.
Sesampainya dirumah, Nabil melihat beberapa batang rokok berserakan di meja ruang tamu, tidak salah lagi pelakunya jelas Bahrul seorang pecandu rokok. Nabil tidak terlalu mempedulikan itu, baginya hanya uang Bahrul yang ia butuhkan.Â
Nabil memasuki kamarnya, melihat kamarnya. sedikit acak-acakan, la pun membersihkan nya. Selang beberapa menit, la selesai merapikan kamarnya. Ia merebahkan dirinya di kasurnya dan mulai bermain dengan gadgetnya. la teringat dengan Jasmine, la penasaran mengapa Jasmine tiba-tiba membantu nya? Padahal mereka tidak pernah berbicara satu sama lain ketika di sekolah.
Nabil pun mulai mencari nomor Jasmine di grup angkatan, setelah beberapa menit mencari la pun berhasil mendapatkan nya dan mulal memberi pesan text pada Jasmine.
Dari sana mereka mulai sering bertukar pesan dan belajar bersama selama liburan semester ini. Sesekali Nabil dan Jasmine pergi keluar bersama, entah untuk belajar bersama ataupun hanya sekedar berkeliling Kota. Nabil juga mulai terbuka dengan Jasmine, la bercerita semua tentang ayahnya, bundanya, dan dirinya. Jasmine Juga menasehati Nabil, bahwa yang dilakukan Nabil salah, meskipun Bahrul juga salah.Â
"Sebaiknya kamu tetap berbakti pada ayah kamu, bagaimana pun juga, ayah kamu tetap ayah kamu selamanya" ucap Jasmine.Â
Karena wejangan dari Jasmine, Nabil pun mulai memperlakukan ayahnya selayaknya seorang anak berbakti kepada ayahnya, namun Bahrul tetap saja keras kepala.
Dan seringkali bermain tangan pada Nabil. Tetapi Nabil tetap dengan sabar mengurus Bahrul yang sedikit keras kepala, mengingat mereka hanya tinggal berdua.
Tanpa terasa hari libur semester sudah habis, saatnya bagi mereka untuk kembali melaksanakan kegiatan sekolah. Banyak sekali ujian bagi mereka, yang sudah menempuh kelas akhir, sudah saatnya mereka menentukan pilihan untuk melanjutkan hidup.
"Jasmine, nanti kita harus sering tukar kabar lewat pesan ya?? Pleasee?" ucap Nabil yang masih tidak Ikhlas bahwa mereka harus berpisah sekarang. Jasmine diterima di Universitas Gunadarma, yang terletak di Ibukota, yang membuat mereka harus berpisah.
"Iya Nabil." ucap Jasmine.Â
"Jasmine, bolehkah aku meminta sesuatu?" tanya Nabil.Â
"Boleh, mau apa? Oleh- oleh? Baju? Makanan khas? Atau apa?" tanya Jasmine.Â
"Bukan, aku cuma mau peluk kamu, boleh?" tanya Nabil pelan. Jasmine tersenyum tipis, lalu ia memeluk Nabil dengan penuh kasih sayang, layaknya adik dan kakak, Nabil pun membalas pelukan tersebut dengan hangat. Sesudahnya Jasmine pergi ke Ibukota untuk meneruskan perjalanan pendidikannya.
Waktu berlalu dengan cepat, sudah 3 tahun lamanya sejak hari dimana Jasmine pergi meninggalkan Nabil. Sejak beberapa bulan yang lalu Jasmine tidak seaktif dulu saat membalas pesannya, bahkan terasa berbeda seperti bukan Jasmine yang ia kenal.Â
Nabil ingin mendatangi Ibukota dan menemul Jasmine, namun melihat kondisi ayahnya yang sudah rentan Nabil tidak tega meninggalkannya sendiri. Bertepatan dengan itu Bahrul harus segera mendapatkan perawatan medis yang hanya bisa di dapatkan di Ibukota, sehingga mengharuskan Nabil membawa ayahnya ke Rumah Sakit Ibukota.Â
Nabil sangat memprioritaskan ayahnya dalam hal apapun, meski sang ayah masih sering memukul nya tanpa alasan yang jelas.
Nabil berkeliling disekitar rumah sakit, la memberikan waktu untuk ayahnya sendiri. Disana ia bertemu dengan teman dekat Jasmine, Katya, Nabil menyapanya, namun mimik wajah Katya menyiratkan kesedihan, Katya hanya meminta maaf pada Nabil dan memberikan sebuah amplop padanya. Ketika Katya pergi Nabil membuka surat tersebut,
Dear Nabil.
Mungkin kamu baca ini saat aku udah gak ada, maaf ya aku rahasiain ini dari kamu, sebelumnya aku mau berterima kasih kepada kamu, karena kamu udah bikin aku kuat sampai hari ini, Selasa 04 April 2024. Aku senang bisa kenal kamu, maaf aku nggak pernah cerita kalau aku memiliki penyakit.. takut kamu jauhin aku.. aku berharap kamu bakalan inget aku sampai 10 tahun kedepan, maaf ya jika aku egois, aku sayang kamu, semoga kita bisa bertemu di kehidupan selanjutnya, see ya, Nabil..
Nabil sedih, marah, kecewa, dan kesal. la terduduk sambil menangis didepan kamar tempat ayahnya dirawat inap. seorang suster mengatakan bahwa ayahnya mengalami gagal ginjal yang membuat ia harus mendapatkan ginjal sesegera mungkin.Â
Nabil bingung, tidak mungkin ia mendapatkan donor ginjal dengan secepat itu. Tanpa berpikir panjang, Nabil mendonorkan ginjalnya pada ayahnya. Dengan cepat dokter mengambil tindakan dan mengoperasinya. Satu minggu kemudian, Bahrul terbangun dari koma, ia mendapati orang asing yang menjaganya.
"Dimana anak itu!?" tanya Bahrul dengan nada ketus.Â
"Maksud anda, mas Nabil?" tanya orang tersebut.Â
"Tentu, siapa lagi?" jawabnya.Â
"Mas Nabil sudah meninggal dunia, tuan" ucapnya. seraya menundukkan kepalanya.
"Bagusah, aku tidak perlu melihat wajah itu lagi" ucap Bahrul. Orang tersebut hanya terdiam mendengar ucapan itu.Â
"Mas Nabil menitipkan satu surat untuk anda, saya akan menaruhnya disini, saya pamit sebentar" orang tersebut pergi dari kamar Itu. Bahrul tampak tak acuh dengan surat itu, namun ia sedikit penasaran, mengapa dia masih saja peduli padanya yang telah menindasnya bertahun- tahun.
Ayah..
Ayahku yang baik, suami bunda yang baik, aku izin pamit ya, tolong jaga kesehatan selama aku dan bunda pergi, aku akan sampaikan salam ayah. Jaga ginjal yang aku donorkan. ya ayah? Tolong tetap hidup, aku yakin ayah kuat, namun anak kecilmu ini tidak ayah, maaf Nabil masih butuh bunda, Nabil cengeng tanpa bunda. Nabil maafin kesalahan ayah semuanya, tolong maafin Nabil juga ya ayah? Aku mau kita. berkumpul lagi di surga sama bunda, tapi jangan keburu ya ayah, nikmatin dulu hidup ayah. Nabil dan bunda sayang ayah!
Bahrul terdiam merenungi, tidak tersadar ia menangisi menyesali apa yang sudah ia lakukan pada anak semata wayangnya itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H