Janya dan Taksa, bersama dengan warga desa lainnya, menjadi pahlawan di perjalanan evakuasi. Di tengah tantangan alam yang mematikan, tidak hanya keberanian yang mereka bawa, tetapi juga cinta yang semakin berkembang di dalam hati mereka.
Janya, sambil membantu Taksa menaiki perahu, tersenyum padanya.
Janya: "Kita bisa melalui ini bersama-sama, Taksa. Keberanianmu menginspirasi saya."
Taksa: "Dan keberanianmu juga, Janya. Tapi, ada sesuatu yang lebih, bukan?"
Janya memandang Taksa dengan penuh kehangatan.
Janya: "Ada cinta di antara kita, Taksa. Cinta untuk desa ini, untuk keluarga kita, dan mungkin juga untuk satu sama lain."
Taksa tersenyum, merasa kehangatan cinta di tengah dinginnya air banjir.
Taksa: "Suara gemuruh alam ini mungkin menakutkan, tapi suara hati kita saling terdengar di antara semua ini."
Sambil melanjutkan perjalanan evakuasi, suara-suara dialog mereka, penuh perhatian dan kehangatan, saling bersahutan dengan suara gemuruh air dan kicauan burung hutan yang panik di sekitar mereka.
Janya dan Taksa tidak hanya menyelamatkan desa mereka dari bahaya alam, tetapi juga menemukan cinta yang semakin berkembang di dalam hati mereka di tengah-tengah kekacauan dan keberanian yang mereka alami bersama.
Di tengah kekacauan itu, ibu Kisa terperangkap di dalam rumah yang hampir tenggelam. Janya dan Taksa bersama-sama merentangkan tangan membantu, menciptakan momen ketika kekuatan dan keberanian berpadu.