Mohon tunggu...
Audry pinkan
Audry pinkan Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis baru

Pengajar yang menikmati membaca dan menonton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Late (One Shot)

22 April 2021   20:12 Diperbarui: 22 April 2021   20:16 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Rumah sakit.


Aku menunggu di depan ruang operasi. Pikiran ku benar-benar kalut. Rasa menyesal tidak dapat hilang. Benarkah ini yang aku ingin kan? Benarkah aku ingin berpisah darinya? Benarkah aku tidak mencintainya lagi? Tanya ku pada diri ku sendiri.


Tidak, tidak. Aku ingin dia tidak apa-apa. Aku masih ingin melihat senyumannya, aku masih ingin mendengar tawanya, aku masih ingin merasakan kehangatan dari pelukannya, aku masih ingin menggenagam tangannya. Kenapa aku begitu bodoh? Kenapa aku berpikir kalau cinta ku padanya sudah padam? Kenapa aku berpikir untuk menggantikan posisinya dengan Jeny? Kenapa aku berpikir untuk putus dengannya? kenapa? Kenapa?


Aku menangis tersedu, aku tidak peduli kalau banyak orang melihat ku menangis seperti ini, aku rapuh seperti ini. Aku hanya ingin Sandy selamat, aku hanya ingin meminta maaf kepadanya dengan ucapan ku, aku hanya ingin kesempatan kedua dengannya. Aku mohon, aku tidak siap kehilangan dirinya. Ternyata aku masih begitu mencintainya. Aku mohon, selamatkan dia.


Aku merasakan sentuhan di pundak ku, aku menengok dan melihat salah satu petugas ambulan yang tadi menolong Sandy.


"Bapak, wali dari ibu Sandy?" tanyanya.


"Iya betul. Orang tua Sandy sudah meninggal dan dia anak tunggal." Ujar ku. "Ada apa?"


"Ini barang- barang milik ibu Sandy." Ujarnya sambil menyerahkan sebuah tas.

 Aku mengenalinya, itu milik Sandy. Aku menerimanya dan mengucapkan terima kasih.


Setelah petugas itu pergi, aku membuka tas Sandy,aku melihat dompetnya dan membukanya. Ada foto kami berdua saat liburan ke Jerman, di foto itu kami tersenyum sangat cerah, aku dapat melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajah kami. Kenapa aku lupa kalau aku sebahagia itu dengan Sandy? Air mata ku menetes lagi. Saat aku ingin mengembalikan dompet Sandy ke dalam tas, aku melihat ada sebuah amplop cokelat. Aku ingat ini barang yang tadi Sandy ingin tunjukkan di restauran.


Aku membuka amplop itu dan mulai membaca. Hati ku mencelos saat selesai membaca isinya, tangan ku menjadi dingin. Aku melihat foto yang ada di dalam amplop itu juga. Aku tidak percaya dengan apa yang aku baca dan aku lihat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun