One shot
Aku menghembuskan nafas sambil menutup mata, aku harus melakukannya, ini yang terbaik untuk kami bersama. Setelah membulatkan tekad, aku mengambil hp yang ada di atas meja kerja ku.
Aku menekan angka satu.
"Halo?" sapanya dari ujung sana.
"Hai, nanti malam kita jadi makan malam?" tanya ku.
Aku mendengar suara tawa di ujung sana. "Hei, baru kali ini kamu mengkonfirmasi untuk makan malam kita. Ada masalah?"
Mendengar pertanyaannya membuat ku gugup. Apakah dia tahu apa yang akan terjadi nanti? Seperti kata orang, firasat wanita sangat kuat kan? Aku yang sibuk dengan pikiran ku tidak sadar kalau dia memanggil nama ku dari ujung sana. Setelah sadar cepat-cepat aku menjawab. "Bukan, bukan maksud ku tidak ada masalah apapun." Jawab ku gugup.
"Okay sampai nanti." Ujarnya.
 Lalu hubungan telfon itu terputus. Aku menyandarkan diri dan memjamkan mata lagi, ini yang terbaik.
Malamnya.
Aku duduk dengan gelisah di dalam restauran menunggu Sandy datang. Sepanjang hari ini aku tidak dapat berkonsentrasi dengan apapun yang aku lakukan. Pekerjaan ku tidak selesai dengan baik, saat rapat aku juga banyak bengong, tidak mendengarkan bawahan ku yang menjelaskan pekerjaannya. Rasanya aku ingin cepat-cepat menyelesaikan hari ini dan semuanya cepat selesai.