"Hahaha, iya," balas Louisa dengan tertawa kecil.
Tak lama, jemputan Louisa datang. Yang menjemputnya siang ini adalah mamanya. Louisa bergegas berjalan menuju mobil sambil melambaikan tangan ke Xavier.
"Hai, ma!" sapa Louisa ke mamanya yang ada di dalam mobil sambil ia mengenakan sabuk pengaman.
"Halo sayangnya mama! Gimana sekolah hari ini? Kok kamu kelihatan suntuk begitu? Ada masalah? Atau ada temanmu yang menjengkelkan?" tanya mama Louisa.
Sudah berapa orang yang berjumpa dengan Louisa hari ini mengatakan dirinya tampak lemas, sedih, suntuk, dan lain-lain yang negatif. Tapi sekarang, mamanya yang bertanya seperti itu. Gawat bagi Louisa. Karena jika mamanya sudah mengatakan itu, ia akan terus bertanya macam-macam kepada Louisa. Memang, maksud mamanya bertanya seperti itu karena peduli dengan Louisa. Tapi, Louisa tidak suka karena mamanya akan bertanya layaknya polisi yang sedang menginterogasi tahanan.
"Nggak apa-apa, ma! Cuma capek aja seharian ini full latihan buat pentas P5 besok," jawab Louisa.Â
Kali ini ia menjawab dengan sedikit aura senang untuk menghindari mamanya berpikir hal-hal yang lain dan bertanya macam-macam kepadanya.
Keesokan harinya, Louisa bangun lebih awal. Ia bangun pada pukul 04.00 untuk bersiap-siap karena hari ini adalah hari pentas tersebut. Sedikit terburu-buru untuk berangkat sekolah hari ini. Louisa tidak sempat sarapan dengan keluarganya dan hanya melahap sepotong roti dengan selai kacang lalu bergegas berangkat. Ia harus berangkat pagi sekali karena masih harus dirias di sekolah sebelum pentas.
"Aku berangkat dulu ya, ma, pa! Nanti aku pulang naik ojek online aja," pamit Louisa dengan orang tuanya lalu berlari masuk menuju mobil kakaknya.
Di tengah perjalanan di dalam mobil, Louisa sibuk menghafalkan gerakannya kembali. Gerakan yang seribu kali diubah tersebut akhirnya sudah tetap.
Louisa tiba di sekolah lebih pagi hari ini. Ia langsung menuju kelasnya dengan terburu-buru. Disana sudah banyak temannya yang datang.