Har : (terdiam)
Uni Nun : Dulu aku cantik juga, bukan? (menghela napas dan tersenyum) (kemudian menoleh kepada Har)
Har : (menghadap wajah Nun)
Uni Nun : Bahkan tercantik di front Barat itu. Aku tahu semua orang mau menarik perhatianku. Semuanya mau mati-matian berjuang membunuh musuh demi mendekatiku. Dan ketika mereka mau pergi, dicarinyalah aku dulu.
Har : Ya, memang saat itu kau adalah bunga desa di sini. (membuang muka menghadap langit)
Uni Nun : Ya, begitulah. Kalau ada orang sakit pasti aku yang merawatnya. Aku pula yang menghiburnya di antara malam-malam yang damai itu. Dan pada waktu itu aku merasa ingin tanganku lebih banyak lagi dari ini. (menunduk)
Har : Kami atas nama pemerintah dan seluruh pemimpin perjuangan revolusi kemerdekaan mengucapkan terima kasih kepada saudari. Kami merasa sangat bangga dengan adanya patriot wanita seperti saudari, yang selamanya menyediakan waktu untuk memberi semangat kepada prajurit. Kami juga yakin, walau saudari tak di sini tentu front ini sudah lama diduduki musuh.
Uni Nun : Â Ah kamu, Har. Aku dulu dan saat ini masih sama.
Har : Masih sama maksudnya?
Uni Nun : Ya, sama-sama hanya menjadi sebatas teman kecilmu. (tersenyum masam)
Har : Sudahlah, Nun. Itu hanyalah masa lalu. Kau harus berubah. Agar tak tenggelam dalam