Aku yakin pernyataan mengakhiri hubungan bukan dari lubuk hatinya. Aku semuringah saat kakinya melangkah ke arahku, dia berjongkok lalu mengelus pipiku dan mengusap air mataku.
Kita saling hening. Tangannya yang lembut seharusnya aku merasa tenang, namun kali ini berbeda, bahkan aku tidak bisa menutup mata untuk merasakan kedamaian karena hatiku terus memberontak.
Cahaya kembali berdiri dia pergi tanpa berpamitan meninggalkanku yang sedang menatap punggungnya.
Sekarang Bulan tak memiliki Cahayanya.
Apakah Bulan akan bisa tanpa Cahaya setelah perjalanan yang mereka lewati bersama?
Apakah Cahaya akan kembali kepadanya karena janji yang pernah mereka buat?
Atau, apakah ini yang terbaik bagi kedua belah pihak.
Cahaya pergi sambil menangis tanpa suara, dia juga merasakan sesak dan merutuki diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H