Pernah. Bahkan hal sepelepun menjadi petaka besar bagi keduanya.
Bulan merasa jika Cahaya berbeda dari sebelumnya, tak berseri seperti biasa.
Dengan penuh ketakutan dan ragu, Bulan memberanikan diri untuk membicarakan ini, dia mengeluarkan pertanyaan yang menghantam benaknya, "Ada apa dengan kau, kenapa sinar itu seperti redup?"
Karena dilontarkan pertanyaan mendadak seperti itu, Cahaya tampak terkeju. Dia menjawab, "Sinarku masih seperti biasa, mengapa kau berpikir seperti itu?"
"Ah tidak, mungkin dugaanku salah." Imbuhku kembali. Sebenarnya batinku bertolak belakang dengan lisan.
Cahaya sedikit memicing, dia mendekatiku, aku reflek mundur lalu bibir atasnya naik sebelah kiri.
Sangat sial, apa yang ada dalam pikirannya, mengapa dia seperti itu?
Cahaya, aku takut dan rasanya ingin menangis. Tetapi aku Bulan tak ingin terlihat lemah oleh Cahaya.
Ini sangat menyeramkan, aku ingin melarikan diri saat melihat Kilauan dari dirinya sangat dominan. Cahaya emosi, "Tolong jawab dengan jujur!"
Saliva yang sedari tadi tertahan ingin keluar tak sengaja tertelan, aku tertegun mengigit bibir bawahku. "Maaf, jika pertanyaanku memancing amarah aku, tapi mau seperti berbeda, mungkin karena beban mu banyak?"
"Tidak kamu tak salah apapun, aku yang seharusnya minta maaf bersikap seperti ini." Ujarnya.