Cahaya hanya melihat tindakanku tanpa ekspresi. Aku tak bermaksud mencari perhatiannya, tapi ini terjadi di luar kendaliku.
"Cukup Bulan! jika kau merasa tidak ada kecocokan sudahi saja hubungan ini, aku tak mau memaksakan jika tak bisa. Aku tak menggampangkan hal ini, tetapi jika menang ini akhirnya, yasudah." Suara datar milik Cahaya sangat mengerikan.
Titik emosi seseorang itu paling menyeramkan saat dia menahan amarah dengan suara datar tanpa ekspresi diwajah.
Air yang telah berkumpul dalam sarangnya kini terjun karena sudah terlalu penuh. Dia terus berjalan tanpa ada yang mengentikannya.
Bulan tergeletak karena topangan susah merasakan yang tak tertahan. Dia juga tertawa hambar dan juga tersenyum miris. "Hahaha Kau sangat lucu sekali Cahaya. Tak menggampangkan tapi seenaknya berkata seperti itu."
"Oh atau memang dari dulu sudah berniat membuangku? hahahaha." Suara gelak yang memilukan dengan air mata yang selalu turun itu sangat memilukan.
"Aku bingung harus menuruti atau menahanmu untuk tinggal bersamaku."
"Jika dari dulu merasa tak cocok aku sudah mencari yang lain, tapi aku hanya ingin dekatmu."
"Aku capek menutupi celah agar ada yang datang, karena jika terjadi lagi aku kembali merasakan hal itu."
"Kenapa Cahaya, Jawab aku!"
Tubuhku bergetar hebat, pundak naik turun dan nafas tak beraturan lalu suara semakin pelan. Aku tak tahan dengan semua ini.