"San... aku butuh bantuanmu. Aku dan Damar..." Arini tak sanggup meneruskan kata-katanya,
ia terisak.
"Kenapa? Ada apa dengan kalian? Apa Damar menyakitimu?" Santi bertanya dengan nada
cemas.
Arini mengangguk. "Ia menuduhku selingkuh... ia mengataiku egois dan tidak pernah
membujukku. Aku bilang menyesal telah menikah denganku."
Santi terdiam sejenak. "Aku akan sampai ke sana sekarang. Tunggu aku ya."
Arini menghela napas lega. Ia yakin, Santi akan selalu ada untuknya. Saat menunggu Santi, Arini
tersadar. Sepertinya ia lupa menceritakan kepada Santi tentang pikiran-pikirannya. Karena terlalu
buru-buru menelepon Santi, ia jadi lupa menyelesaikan ceritanya.
Beberapa saat kemudian, bel pintu rumah berbunyi nyaring. Arini segera membukakan pintu.