Mohon tunggu...
Sosbud

Kewirausahaan Sosial sebagai Solusi dari Masalah Sosial

26 Januari 2019   08:49 Diperbarui: 6 Juli 2021   07:26 2280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kewirausahaan Sosial sebagai Solusi dari Masalah Sosial (unsplash/sigmund)

Seiring dengan datangnya MEA pada bulan desember 2015, pemerintah dinilai kurang mempersiapkan akan datangnya hal tersebut. Banyaknya kritik dan masukan karena terlalu fokus dalam melakukan pembangunan fisik dan kurang membangun SDM yang baik. 

Sehingga masih banyak masyarakat yang belum tersentuh oleh pembangunan itu sendiri. Kalau berbicara tentang pembangunan adalah ibarat labirin yang sangat luas dan berkelok-kelok. 

Karena bahasan dari pembangunan yang begitu luas dan dalam. Faktor penentu pembangunan bukanlah faktor eksternal, melainkan faktro internal. Internal yang dimaksud adalah nilai-nilai dan motivasi yang mendorong untuk mengeksploitasi peluang, untuk meraih kesempatan. 

Jika faktor internal sudah mencukupi, maka bentukan eksternalnya adalah adanya kesadaran dan gerakan warga masyarakat secara bottom-up (gerakan dari masyarakat) yang mempu mensejahterakan dan membantu pembangunan.

Masyarakat adalah konsep abstrak, wujud nyatanya adalah manusia dan perilakunya. Manusialah yang 'menciptakan' masyarakat dengan nalurinya sebagai makhluk sosial; Maka manusialah yang membuat perubahan-perubahan terhadap masyarakat melalui hasratnya untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, setidaknya menurut keinginan manusia itu sendiri. 

Baca juga : Stop Bullying, Bantu Atasi Masalah Sosial!

Perubahan terjadi tidak serempak pada semua aspek kehidupan masyarakat, melainkan pada sebagian aspek kehidupan, dan aspek kehidupan lainnya akan harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi; atau menolak perubahan tersebut. Salah satu yang dihasilkan dari sebuah perubahan sosial adalah masalah sosial.

Masalah sosial adalah perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya. Contoh dari masalah sosial itu sendiri yang sering kali kita lihat adalah kemiskinan, pengangguran, minimnya tingkat kesehatan dan pendidikan, sumber daya yang tidak bisa dimanfaatkan secara bijak, dan sebagainya. Permasalahan-permasalahan inilah yang sering kali sulit untuk kita atasi bersama-sama. 

Maka dari itu dibutuhkan sebuah aktifitas yang bukan hanya mencari keuntungan semata, tetapi mampu memiliki nila-nilai sosial sehingga berbagai permasalahan tersebut dapat kita atasi.

Kewirausahaan sosial atau yang biasa disebut dengan social entrepreuneurship merupakan suatu gerakan yang dapat menjadi solusi dari beragam jenis masalah sosial. Kewirausahaan sosial adalah One who undertakes innovations, finance, and bissines to transform innovations into econimic goods. 

Baca juga : Kemiskinan Merupakan Salah Satu Masalah Sosial yang Terjadi di Masyarakat

Maksudnya adalah seseorang yang mampu mengambil alih sebuah inovasi, keuangan, dan bisnis ke bentuk perubaham inovasi serta dapat membuat ekonomi berkembang secara positif. Oleh karena itu, kegiatan kewirausahaan sosial harus dimulai dari sekarang, kesuksesan tidak harus menunggu tua. Saatnya yang muda berkarya!

Seorang social entrepreuneurship harus memiliki jiwa yang tangguh dan pantang menyerah. Karena butuh ketekunan dan keseriusan dalam menjalankan kewirausahaan sosial itu sendiri. Tidak mudah, walaupun juga bukan tidak mungkin. Sifat pantang menyerah dan terus berinovasi dengan kreativitas yang dimilki pun juga harus dapat kita kuasai dalam menjalankan kewirausahaan sosial.

Kenapa sih dinamakan dengan kewirausahaan sosial? Adakah bedanya dengan menjalankan bisnis? Apa saja aksi sosial yang dilakukan? Saya akan mencoba menjelaskannya. Kenapa dinamakan dengan kewirausahaan sosial? 

Karena pada umumnya makna dari kewirausahaan itu sendiri merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari keuntungan (profit), tetapi disini ada kata "sosial" yang memiliki arti bagaimana caranya kita dapat menyelesaikan masalah sosial yang terjadi di masyarakat dengan metode kewirausahaan sosial dan dapat memberikan banyak manfaat ke masyarakat (benefit). 

Baca juga : Masalah Sosial Perilaku Konsumerisme di Kalangan Masyarakat Indonesia

Adakah bedanya? Pastinya ada, karena kewirausahaan sosial menerapkan sistem dalam berbisnis yang tidak hanya mencari profit semata, tetapi ada nilai benefit yang ingin dibangun dari kewirausahaan sosial itu sendiri. 

Aksi sosial yang dijalankan dapat berupa pemberdayaan masyarakat yang ada di sekitar kita. Dengan kita memberdayakan masyarakat artinya kita dapat menyelesaikan satu masalah dari berbagai masalah sosial yang terjadi di sekitar kita.

Sikap yang dimiliki seorang social entrepeuneur antara lain :

  • Inovator
  • Berani mengambil resiko ( a risk taker )
  • Visi dan misi
  • Kebutuhan berprestasi
  • Pribadi yang kuat dengan pendiriannya ( internal locus of control )

Sikap internal locus of control, yaitu sikap berpegang teguh dengan prinsip yang telah dimiliki. Seorang yang memiliki sikap ini pastinya memiliki faktor internal yang kuat, karena tidak mudah terpengaruh oleh faktor eksternal. Misalnya, banyak orang lain yang beropini tentang wirausaha yang sedang dia tekuni, tetapi seorang enterpreuneur tidak akan mudah terpengaruh karena dia tetap berpegang teguh dengan prinsip wirausahanya.

Mindset dan method dalam kewirausahaan itu saling berhubungan. Karna tanpa adanya tindakan yang benar maka gagasan yang ada akan terbuang secara percuma, begitupun sebaliknya. Sebuah sikap yang positif akan menentukan perilaku dan kelak akan menjadi sebuah hasil yang positif juga. 

Tetapi tanpa adanya keterampilan dan pengetahuan dalam melakukan tindakan, maka dapat membawa hasil kita ke arah yang negatif. Maka dari itu, harus ada kesinergian antara mindset dan method yang dilakukan supaya dapat menjadi seorang entrepreuneur yang sukses.

Tetapi bagaimana jika mindset kita sudah negatif? Apakah dapat diubah? Ya, tentu bisa diubah. Perubahannya bisa dari internal ataupun eksternal diri kita sendiri. 

Contohnya jika dari faktor internal, jika kita mempunyai niat dan tekad untuk berubah, maka kita sudah ada sebuah motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dengan catatan bahwa niat itu harus disertai perbuatan ke arah yang positif. Kalau faktor eksternalnya menurut saya, yaitu perlu adanya seorang mentor/pembimbing yang dapat menuntun orang yang tadinya tidak baik menuju baik bahkan yang baik menuju lebih baik lagi. 

Dengan adanya seorang mentor, maka seseorang yang telah memiliki mindset negatif akan dibimbing, baik jasmani ataupun rohani. Jadi, kedua faktor inilah yang dapat merubah mindset seseorang yang tadinya negative menjadi positif.

Point pentingnya adalah berentrepreuneurship lah. Karna dengan berentreperuneurship kita akan mendapatkan pengalaman yang tidak semua orang pun dapat merasakannya. Banyak softskill yang akan kita dapati jika melakukan kegiatan kewirausahaan sosial, contohnya seperti leadership, organisation , public speaking, lobbying, dan masih banyak lagi. Disinilah nilai tambah dari belajar berwirausaha. 

Terus bagaimana jika ingin menjadi seorang yang sukses berwirausaha? Jika ingin menjadi seseorang yang sukses, haruslah dimulai dari diri sendiri. Karna kesuksesan dapat dimulai dengan merubah kebiasaan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. 

Dengan terus memperbaiki diri menjadi lebih baik itulah yang dapat kita sebut sebagai "kesuksesan kecil", karena dengan memiliki berbagai kesusksesan kecil inilah yang akan menghantarkan kita menjadi seorang yang sukses besar. Bersabar dalam menjalankan apa yang kita kerjakan kelak akan memberikan hasil yang luar biasa.

Pengembangan diri juga salah satu kunci menuju kesuksesan. Bagaimana cara kita mengembangkan diri? Caranya adalah dengan kita mampu keluar dari zona nyaman kita sekarang atau bahasa kasarnya adalah keluar dari penjara. Sebelum menuju kesuksesan kita harus mampu melewati tiga penjara yaitu; penjara genesis, penjara pengasuhan, dan penjara lingkungan. 

Penjara genesis adalah kita sebagai manusia harus keluar dari meratapi kondisi tubuh, terima dan kenali dulu siapa diri kita yang sebenarnya, maka dengan sendirinya kita akan mampu keluar dari penjara genesis ini. Penjara yang kedua adalah penjara pengasuh, artinya keluar dari meratapi kondisi pendidikan (guru, murid, orang tua, sekolah, dan lain-lain). 

Penjara yang terakhir adalah penjara lingkungan, yaitu keluar dari meratapi kondisi lingkungan (Desa, Miskin, Brandalan, dan lain-lain. Dengan mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya dan terus menggali potensi, serta memahami situasi lingkungan yang ada di sekitar kita, maka kita sudah melangkah maju menuju kesuksesan.

Ada sebuah kisah yang menjadi motivasi tersendiri bagi saya dalam berwirausaha, yaitu kisah Top Ittipat seorang milyader muda dari Thailand. Berlikunya jalan akan sampai pada kesuksesan, asalkan dijalani dengan kesungguhan hati dan kerja keras. 

Awal mulanya top hanyalah seorang yang biasa saja, tetapi dengan semangatnya dalam berwirausahalah yang telah membuatnya menjadi seorang yang sukses. Bahkan lewat kesuksesanya, kisah Top Ittipat yang menginspirasi ini hingga dibuatkan film yang berjudul " Top's secret a.k.a. the Billionere ". Sifat pantang menyerah dan terus berinovasi dengan kreativitas yang dilimiki oleh Top Ittipatlah yang ada dapat menginspirasi banyak orang, terutama diri saya sendiri.

Ada juga kisah yang sangat inspiratif, kisah ini saya dapatkan setelah membaca buku yang saya dapatkan ketika membereskan tumpukan buku-buku yang berantakan di rumah. Buku tersebut berjudul "Bank Kaum Miskin; kisah Yunus dan Gramenn bank memerangi kemiskinan". Muhammad Yunus hanyalah satu dari sekian banyaknya tokoh yang bergerak di bidang social entrepreuneurship di Dunia. 

Beliau adalah seorang dekan Fakultas Ekonomi di Chittagong University. Yunus mulai gerah melihat banyak orang di luar sana yang mengalami kemiskinan. Kelaparan terjadi di berbagai seluk-beluk Bangladesh. Jika universitas adalah gudang pengetahuan, maka sebagian pengetahuan itu harus harus dimanfaatkan untuk komunitas sekitarnya. 

Sebagai seorang dekan, Yunus pun mulai gundah kembali, kenapa banyak para teoritis ekonom yang brilian merasa tidak layak membuang waktunya untuk membahas masalah-masalah kemiskinan dan busung lapar. 

Padahal realita yang terjadi di masyarakat Bangladesh saat itu sedang dalam krisis perekonomian. Kelaparan berkepanjangan pun terjadi pada tahun 1974. Kemudian Yunus dan beberapa mahasiswanya melakukan sebuah riset di Desa Jobra. 

Hasil yang diperoleh sangat mengejutkan, untuk mengatasi kemiskinan 42 keluarga di desa Jobra hanya dengan uang 856 taka (mata uang Bangladesh) atau sebesar AS$27. Disinilah Yunus kembali memutar otaknya untuk menemukan solusi yang terbaik, bagaimana menyelesaikan kemiskinan di Desa Jobra.

Akhirnya, terciptalah sebuah bank peminjaman modal tanpa bunga yang dikenal dengan Gramen Bank. Hikmah dari kisah Muhammad Yunus adalah kita sebagai agent of change harus bisa memanfaatkan segala potensi yang ada di sekitar kita. Dibutuhkan orang-orang yang unreasonable man yaitu, orang yang bertindak diluar dari kebanyakan orang lakukan. Tumbuhkan juga semangat kewirausahaan sosial, bahkan sejak kita masih muda.

Sama halnya dengan mercusuar, ia akan terus berputar sambil menembakan cahaya lampu disekitar pelabuhan supaya kapal tidak menabrak ke karam. Dengan kita memikirkan berulang-ulang tujuan kita, itu akan menjadi motivasi tersendiri untuk selalu bersemangat mengejar kesuksesan kita. 

Dan tentunya dalam menjalankan setiap pekerjaan kita harus mengerahkan segala potensi yang kita miliki, supaya hasil yang diberikan dapat menjadi yang terbaik atau mahakarya yang pernah kita ciptakan.

Menurut penelitian, kesuksesan sebuah negara dilihat dari jumlah pengusahanya (David McClaren). Banyak sarjana yang memiliki underemploye bahkan ada yang unemploye. Hal ini bisa saja disebabkan karena pada saaat menjadi mahasiswa, keterampilan softskill yang didapatinya kurang. 

Maka dari itu, kita harus terus mencari pengalaman softskill yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Apabila hardskill kita baik dan softskillnya pun baik, kelak kita akan dapat menjadi employe yang dapat menguasai berbagai bidang, terutama dalam bidang pekerja sosial.

Dimasa ekonomi modern ini lah yang menjadi tantangan kita untuk terus melangkah ke depan. Apakah nanti kita dapat bersaing dengan usaha pribadi kita atau bekerja pada orang lain? Disinilah kita butuh seseorang yang mempunyai mental Powerfull Subjek (PS), dan bukan hanya menjadi Powerless Objek (PO). 

Karena dengan memiliki mental PS kita akan terus berkembang dari orang lain. Kita melihat sebuah masalah itu sebagai motivasi untuk mengerjakan lebih dari pada yang orang lain tidak kerjakan. Berbeda dengan seseorang yang bermental Powerless Objek, dia akan melihat sebuah masalah sebagai suatu beban yang tidak dapat dia lalui.

The orange economy adalah sebutan lain untuk ekonomi kreatif. Kenapa harus ekonomi kreatif? Karena ekonomi kreatif adalah ekonomi yang tidak memanfaatkan sumber daya tangible aset (berwujud) seperti minyak, batu bara, tembaga, dll. Melainkan, ekonomi yang memanfaatkan intangible aset (tidak berwujud) seperti produk kreatif dan jasa kreatif (Design, periklanan, Film, Seni, Konsultasi, dll). 

Karena sumber daya tangible yang lama-kelamaan akan habis dan tidak dapat diperbarui, maka dari itu dibutuhkan sebuah kreativitas dan inovasi yang harus memaksimalkan segala potensi positif yang kita miliki untuk memperlihatkan kemampuan kita kepada orang lain. 

Terutama nanti pada saat Masyarakat Ekonomi ASEAN sudah berlaku di Indonesia, kita sebagai entrepreuneur bukan hanya pasar lokal yang dapat dikuasai, tetapi pasar internasional se-ASEAN pun kita dituntut untuk dapat juga menguasainya. Maka dari itu, maksimalkan potensi yang kita miliki, berfikir positif (law of attraction), dan ciptakanlah sebuah mahakarya yang terbaik untuk Indonesia yang lebih baik.

Sebagai seorang entreperuneur kita juga sebaiknya menguasai beberapa skill, yaitu :

  • Creating
  • Evaluating
  • Analysing
  • Applying
  • Understanding
  • Remembering

Seorang entrepereuneur yang akan menghadapi M.E.A. dengan memiliki kemampuan dalam Applying, Understanding, dan Remembering saja tidak lah cukup. Hal ini dikarenakan karena level dimana yang semua orang bisa dapatkan, atau yang bisa kita sebut dengan kemampuan hardskill. 

Justru seorang entereperuneur juga harus memiliki kemampuan Creating, Evaluating, dan Analysing. Karena kemampuan ini tidak semua orang berkesempatan memilikinya, dibutuhkan pengalaman untuk mendapatkannya (softskill). 

Semakin banyak ilmu dan pengalamannya, maka kemampuan dalam memanajemennya pun akan naik ke atas hingga ia memiliki sebuah ide yang kreatif untuk menciptakan sesuatu yang baru dan unik sehingga dapat menjadi inovasi terkini.

Setelah munculnya inovasi, maka perlunya sebuah marketing yang handal. Teknik marketing yang biasa digunakan adalah teknik marketing 1.0, teknik marketing 2.0, teknik marketing 3.0.

  • Teknik marketing fisik (1.0) : memperbanyak produksi barang dan dijualkan kemana. Hal ini karena masih lemahnya persaingan antar pedagang
  • Teknik marketing fisik dan emosional (2.0) : mulai mempertimbangkan apa kemauan pelanggan (dilakukannya survei terhadap masyarakat tentang barang apa saja yang diinginkan pelanggan)
  • Tekinik marketing fisik, emosional, dan spiritual : pelanggan mulai menggunakan edukasi terhadap barang apa yang hendak akan dibeli. (apakah barangnya halal/tidak halal, memiliki pengaruh terhadap pencemaran di lingkungan sekitar, dll)

Kewirausahaan sosial meliputi dua hal, yaitu mindset dan method. Bagian dari mindset ada presupotion (merangkai posisi) dan Ethos. Kemudian ethos dibagi lagi menjadi adversity quotionent (kecerdasan dan kegigihan) dan resilence (pegas). Adversity qutionent yang di dalamnya terdapat, yaitu :

  • Quiter yaitu seseorang yang sudah menyerah sebelum berperang, melihat sebuah tantangan sebagai beban. (never wins)
  • Camper yaitu ia mau mencoba menghadapi tantangan itu, tetapi saat di pertengahan jalan mengalami keraguan, apakah ia bisa mendaki ke atas atau kah hanya sebatas ini saja? (memilih untuk kembali)
  • Winner yaitu orang yang berhasil melalui berbagai tantangan dan cobaan yang membuat ia dapat sampai di puncak kesuksesan.

Resilence adalah sikap yang tahan banting terhadap berbagai cobaan dan tantangan yang dilalui. Orang yang memiliki sikap ini haruslah menjadi sorang yang powerfull subjek. Karena jika ia gagal, maka kemampuan untuk bangkit kembali di dalam dirinya akan lebih besar.

"Man jada wa jada" siapa yang bersungguh-sungguh dialah yang akan akan berhasil. Artinya kewirausahaan sosial bukanlah untuk semua orang tetapi melainkan hanya untuk dia yang bersungguh-sungguh yang serius dan yang punya komitmen tinggi, maka dia lah yang akan berhasil. 

Orang yang merasa sudah puas dan cukup dengan apa yang dia capai adalah orang yang belum tau arah ke depannya nanti mau seperti apa. Padahal ada lagi berbagai macam kesuksesan dan kesempatan yang dapat dia peroleh, tetapi hal itu menurut dia bukanlah sebuah tantangan lagi, merasa cukup dengan apa yang sudah dimilikinya. 

Itulah perbedaan antara Good vs Great. Kewirausahaan sosial bukan lah proses yang instant, melainkan butuh proses yang panjang. Tidak bisa cepat puas, tidak bisa juga cepat selesai.

Teori modernisasi pembangunan merupakan proses transformasi dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Teori ini lahir sebagai sejarah tiga peristiwa penting dunia setelah perang dunia kedua, yaitu:

  • Amerika sebagai kekuatan dominan dunia
  • Perluasan gerakan komunis sedunia
  • Serta banyak lahirnya negara merdeka baru di Asia

Negara berkembang tertekan dengan teori modernisasi pembangunan. Hal ini disebabkan negara berkembang terpaksa mengikuti teori ini, harus memodernkan negara dan pembangunannya tanpa memperlihatkan sumber daya dan potensi begara tersebut. 

Walaupun pembangunan fisik terus berjalan, tetapi perkembangan sumber daya manusianya tidak berkembang karena adanya unsur paksaan dalam menerapkan teori modernisasi. Akibatnya, rakyat tidak bisa berharap dari derap laju pembangunan, sedangkan terlalu banyak yang harus dijangkau oleh pembangunan & sangat sulit bagi pembangunan mencakup semuanya. 

Sehingga "rakyat pun tidak bisa selalu bergantung dengan pemerintah", Masih banyak urusan pemerintah yang belum terselesaikan. Maka harus ada kesadaran masyarakat itu sendiri untuk membuat kehidupan lebih sejahtera serta mampu meningkatkan pembangunan. Menurut Davit Bornstain dibutuhkan orang yang abnormal man yaitu, orang yang mampu mengatasi kekusutan di negri ini. (Albert Einstain) 

Sebuah kegilaan menyelesaikan berbagai masalah yang berbeda dengan cara yang sama. Maka dari itu dibutuhkanlah orang-orang yang mampu berfikir diluar dari keumuman dan mau melakukan apa yang orang lain tidak lakukan (unreasonable people).

Dengan kita belajar kewirausahaan sosial, kita harus bisa melihat masalah sosial dan potensi sekitar untuk memecahkan masalah sosial tersebut dengan cara-cara yang berbeda dan mendapatkan hasil yang berbeda-beda pula. Banyak tokoh yang meginspirasi yang mampu menjalankan kewirausahaan sosial. 

Baik itu kesungguhannya, semangatnya, pantang meyerahnya, dan masih banyak lagi yang dapat kita jadikan teladan ke diri kita sendiri. Pola fikir dan cara pandang mereka yang berbeda dalam menanggapi masalah sosial sehingga menghasilkan kreativitas dan inovasi baru yang bermanfaat untuk dirinya sendiri dan bahkan bermanfaat untuk banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun