“Sepertinya sebentar lagi lantai sekitar Kabah akan segera dibersihkan.” Aku berfikir dalam hati.
Otomatis keadaan menjadi lengang dan aku yang sedang menunggu antrian malah dipersilahkan oleh sang askar untuk mencium Hajar Aswad dengan baik tanpa harus berdesakan.
Aku dengan penuh rasa syukur dan senang, langsung mengambim tempat untuk berdiri pas didepan Hajar Aswad.
Dengan perlahan aku maju untuk menciumnya dan sebelum menciumnya aku lihat dengan jelas 3 batu kecil yang bercahaya lebih terang dalam batu hitam tersebut.
Pandangan yang sangat jarang orang ketahui.
“Alhamdulillah ya Allah kuasaMu meliputi semua…” aku semakin khusuk bersyukur.
Balik dari mencium sang batu suci, aku berjalan menyusuri jalan-jalan kota Madinah yang bersih dan indah walaupun banyak penjual yang menawarkan dagangannya.
Aku masuk ke dalam hotel untuk segera beristrahat bersama sang kekasih. Berdua bersama kekasih hati, sang istri berkunjung ke makam nabi dan Baitullah sungguh sebuah mimpi terbaik yang menjadi nyata.
Kesendirianku, kesedihanku telah dihapuskan olehNya, digantikan dengan anugrah dan rahmat yang tiada habisnya. Hubunganku denganNya aku harmoniskan dengan mencintai sang kekasih. MencintaiNya dan mencintainya adalah wujud dari rasa cinta itu sendiri yang berasal dari zat Sang Maha Cinta dan Kasih.
Syairku yang pernah kutulis di sebuah buku hidup, kusimpan sementara di “atas langit” di sebuah media langit.
“Saat ini, mulai hari ini aku akan berusaha untuk selalu mencintai sang cinta dan membuatnya bahagia hingga ke anak cucu keturunanku kelak.” Janjiku pada Zat Maha Cinta.