Perjalanan selama 1 jam ke rumah sakit terasa sangat menyenangkan karena ada kemungkinan “proposal” doa kami dikabulkan olehNya di Makkah sesuai dengan mimpi semalam. Aku percaya itu. Mimpi itu nyata.
Di rumah sakit, kami harus antri menunggu selama 2 jam lamanya, untuk bisa berkonsultasi dengan sang dokter favorit ini. Dokter lain semuanya sepi hanya dokter ini yang paling ramai dikunjungi. Ini disebabkan karena sikap sang dokter yang selalu ramah dan tersenyum. Setiap kali orang masuk ke ruang dokter, akan tersenyum lebar saat keluar ruangan. Dokter ini bekerja bagai malaikat.
“Ibu silahkan masuk ke ruangan, biar saya periksa dengan USG” kata sang dokter dengan senyumnya yang ramah sambil berdiri dan menjabat tangan kami dengan erat.
Setelah melakukan pemeriksaan dengan teliti bersama suster yang membantunya. Dokter menghela napasnya dan berkata,
“Selamat yah bapak ibu, anda akan menjadi seorang ayah dan ibu. Di USG tadi terlihat di rahim ibu ada janin…”
“Alhamdulillah ya Allah….akhirnya…tidak sia-sia doa dan ikhtiar kami. Terima kasih ya Allah…Terima kasih banyak dokter…” Puja kami tersenyum riang serempak, sambil terus menjabat tangannya. Sang dokterpun tersenyum bahagia, bagai malaikat tak bersayap yang terus bekerja untuk makhlukNya demi cinta dan ridhoNya.
Keluar dari ruangan, kami tak hentinya untuk tersenyum lebar dan rasanya sangat bahagia yang tak terucap dapat menantikan lahirnya seorang anak manusia dari doa yang diijabah.
“Akankah itulah “sosok” yang kugambar?...”
Wallahu alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H