Tak seperti kita , cukup membawa uang (yang tak jelas juntrungnya apa kalal apa haram , langsung diterima menjadi setingkat pribumi malah jadi tuannya pribumi .Yang kami maksud pribumi adalah penduduk suatu tempat yang sudah turun temurun atau sebagai kebalikan dari pendtang baru baik dari jauh maupun dekat .
Didalam sistim yang berjalan sungguh mengerikan , apa yang diberikan Tuhan dapat berubah menjadi musibah bagi pemiliknya karena tak satupun perlindungan atas kesatuan kesatuan yang menjadi inti atau substansi Bhineka Tunggal Ika .Belum ada perlindungan terhadap eksistensi etnisnya , wilayahnya,budayanya , kepercayaannya , kekayaannya dari masyrakat Bhineka Tunggal Ika , karena masih belum ada aturan yang mengatur pergaulan dan masalah yang timbul diantara mereka sendiri atau karena nasionalisme .
Mestinya rakyat Parahyangan yang paling suka budaya yang halus halus , yang punya tanah adem dan subur makmur , dengan adanya pembangunan yang hebat hebat lalu dapat melanggengkan seni budayanya dengan lebih baik .Dapat menabuh gending gendingnya yang merdu dalam rumah yang bagus bagus dengn diterangi listrik yang cukup ,dapat mengolah seni tarinya disanggar sanggar yang bagus dengan lingkungan yang bagus ,orangnya sugih sugih tak ketakutan karena tak punya beras untuk esok pagi .Putra putrinya dapat memperoleh pendidikan budi luhur yang baik dan gizi yang baik .
Yang betul betul kita cemaskan betul ialah nahwa tampak arah perjalanan kita menuju arah yang lain dari pada konsep " negara kekeluargaan , atau negara kebersamaan ,satu untuk semua , yang menjadi cita cita leluhur kita untuk anak cucu nya . Negara yang dikonsep sebagai organisasi untuk mengatur kesejahteraan berdasar keadilan bersama .
Otonomi masih berada dibawah bayang bayang otokrasi . Otonomi jangan menjadi bulan bulanan centralisasi , otonomi jangan menjadi korban uniformalitasisme dan kekuasaan yang monolitis .
Perwakilan DPD yang seharusnya menjadi repretansi daerah yang betul optimal , ternyata hanya kebagian untuk mennghadiri upacara protokol pembukaan dan penutupan sidang , karena dalam sidang Dewan Perwakilan hampir tak punya peran apa apa. Yang kurang dipahami adalah apakah keadaan seperti itu dengan sdar dan disengaja untuk mengurangi peranan daerah dan memperbesar nasionalisme atau tak disengaja karena tak ada yang memberitahu bahwa memang ada segudang masalah daerah yang seharusnya dan harus dibicarakan dalam Dewan Perwakilan .
Sedangkan Jakarta adalah korban nasionalisme , unitarisme , uniformalitasisme , sentralisme .Hanya tinggal ada FBR sebuah tonggak yang meratapi kemusnahannya dengan diiringi sayup sayup tabuhan gambang kromong dan ondel ondel yang memelas .Seonggok bekas dibangun dan dinamakan Batavia .Yang lain segera menyusul .Bandung , suit menemukan alunan gending gending warisan karuhun sendiri walaupun di rumah pribuminya . Bali is not Bali , tak beda dengan  Hawai . Atau itukah arah Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika ?
Sungguh sayang kita masing masing mengadu mulut ,memperebutkan sisa yang tinggal , padahal hal yang tinggal itu hanya tulang tulang kosong berserakan , karena dagingnya dimangsa koruptor dan ikan jahat .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H