Masyarakat kita yang pluralis adalah kenyataan yang sudah lama ada . Dan keberadaan mereka itu didukung  kerukunan dan toleransi(agree in not aggree )yang telah membaku atau setidaknya kondisi yang ada dianggap paling baik .Kenyataan inilah yang menyebakan founding father kita mengarahkan penerusnya untuk meneruskan atau meningkatkan lagi keadaan itu atau agar menambah kualitas masyarakat dalam segala segi , tanpa meninggalkan keadaan Bhineka Tunggal Ika .
Sedangkan masyarakat yang dituju adalah masyarakat yang adil makmur atau yang lebih jelas lagi masyarakat yang tata tentrem , gemah ripah kerta raharja atau tata tengtrem , gemah ripah ,tata raharja , rapeh rapeh ,rapi .
Bhineka Tunggal Ika itu sebenarnya juga mengisyaratkan keharusan adanya rambu rambu yang dapat mengatur , memelihara dan melindungi keadaan Bhineka Tunggal Ika sendiri .
Namun demikian karena keadaan masyarakat sudah berjalan demikian lama , semua seperti sudah dianggap sebagai air mengalir disungai sungai model dahulu , tanpa perawatan , pengawasan sehingga menyebabkan banjir . Apakah kita (Indonesia ) yang pluralis akan exist atau tidak sebetulya tergantung kita sendiri .
Apa sudah dimengerti keberadaannya , apa akan dikelola dengan baik atau dibiarkan seperti sungai model dahulu .
Gambar (visualisasi ) masyarakat atau rakyat yang pluralis bersifat tetap dan tak dapat bergerak , itulah rambu rambu (petunjuk arah larangan dan petunjuk lain ) yang telah disepakati . Dalam kenyataannya masyarakat pluralis mempunyai sifat yang dinamis ,sehingga interaksi atu sama lain perlu diatur . Masyarakat tak dapat disamakan dengan mutiara mutiara yang terajut rapi sebagai sesuatu yang indah dan tetap ,atau seperti halnya buah berwarna warni yang ranum segar diatas nampan , tetapi tak punya dinamika . Masyarakat atau masyarakat (plural ) akan selalu bergerak sesuai dengan  , sikon dan kepentingannya.
Kadang kadang memang masyarakat menjadi lain dari yang dicita citakan dalam semboyan , lambang .
Mengapa ?
Karena pergerakan masyarakat menyeret diri sendiri kearah kemana tarikan dari sebagian anggota masyarakat menjadi lebih kuat , dan merugikan bagian lain yang berusaha untuk bertahan .
Kalau kita buatkan   perumpamaan . Mungkin masyarakat Bhineka Tunggal Ika akan lebih mendekati hal yang agak mirip misalnya masyarakat yang pluralis ini diibaratkan ayam dalam satu kandang atau satu kandang diisi banyak ayam . Ayam ini secara naluriah akan ribut selalu , Mungkin ribut karena hanya naluriah saja , berkelai , atau ada kepentingan papannya menjadi sempit, pangannya hanya cukup jika diperebutkan , kenyamananya terganggu , dan ada naluri memperebutkan yang betina .
Atau begini saja , tempat masyarakat yang pluralis kita ibaratkan kolam ikan . Kolam ikan yang besar dimana ditempatkan banyak ikan dengn beragam jenis ikan dalam satu kolam itu .
Disitu dipelihara ikan ikan besar besar dan buas misalnya ikan lele , ikan gabus ,gurami , patin , tetapi juga ditaburi (dipelihara )  ikan ikan kecil yang tak berdaya , misalnya ikan wader ,bader ,tawes , mujair, ikan mas , lunjar , teri dan udang   .
Tentu ikan ikan akan selalu berkelahi , yang jelas hanya ikan ikan yang kuat yang akan menang dan eksis sedang yang kecil lemah akan menjadi bulan bulanan ikan yang besar dan ganas , lalu mati dan sama sekali punah .