Mohon tunggu...
asri bintoro asri bintoro
asri bintoro asri bintoro Mohon Tunggu... -

saya lahir di grabag kutoarjo purworejo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pilar-Pilar Negara Bangsa Bhineka Tunggal Ika

7 Oktober 2012   18:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:06 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keadaan ini akan lebih runyam lagi jika datang ikan piranha atau bahkan ular naga yang akan menyantap semuanya .

Itu dan disitu akan terjadi homo homimi lupus ,para bellum contra omnes. sebelum ada belum aturan  yang mengatur kehidupan masyarakat ikan yang pluralis   .Belum   ada hukum , selain hukum alam yang akan mempersilahkan yang menangan akan menyantap lain lainnya dan yang kalahan akan sirna. Masyarakat yang mempunyai pikiran ( homo sapien ) yang punya pergaulan (zoon politicon )  mestinya dipikirkan , dibicarakan , diatur   bagaimana caranya agar semua terpelihara , terlindungi dan terjaga .

Namun kadang kadang pikiran homo sapien yang pluralis ini juga tidak mesti tetap , bisa saja  berubah   .Pikiran  masyarakat pluralis yang juga berbeda beda kadang kadang juga berubah rubah tak selalu tetap .Itu sangat tergantung dengan watak , kepentingan dan sikon yang terjadi pada suatu saat .Satu waktu masyarakat yang tak pernah mengenal dan tak peduli dengan  semboyan  Bhineka Tunggal Ika , "tan hana dharma mangrowa ", begitu acuhnya sehingga mengira aturan negara , yang  akan mengatur masyarakat yang Bhineka dianggap hanya akan menambahi beban saja , yaitu saat  tak membutuhkan perlindungan dari seloka itu .
Namun suatu saat yang lain  ,  meraka  tiba tiba dengan fasih meneriakkan semboyan itu lantang lantang , seolah olah mereka yang paling mengerti dan paling tahu apa yang mereka teriakkan . Itu terjadi manakala kepentingannya atau lebensraumnya terancam , Maksud meneriakkan Bhineka Tungal Ika , untuk menghindari dan menghindarkan bahaya yang mengancam . Dan takut hidupnya teramcam dan eksistensinya mendapat kesuli tan   .

Kita ambil etnis Cina .Ketika Pak Harto memegang pemerintahan .Etnis Cina selalu mengeluh , mendapat tekanan dari rejim ini , sehingga benar benar merasa teraniaya .  Banyak sekali hal yang dibatasi atau dilarang .Dalam  Berbudaya , tak boleh ada barongsai lambang  budaya Cina , yang berkeliaran di jalan jalan . Peribadatan klenteng  dibatasi , demikian pula usaha usaha  dibatasi .Kondisi etnis Cina sungguh memelas . Mungkin rejim Pak Harto paham semangat etnis Cina dalam segala hal dapat mengusur dan merugikan etnis lain yang lebih lemah , dan perlu dihambat ,selain itu memang ada keterlibatan etnis Cina dalam organisasi Baperki yang disini dan saat itu merupakan dosa  . Presiden Gus Dur tak tahan mendengar rintihan orang Cina ini dan begitu Pak Harto lengser , segera melepas aturan aturan yang membelenggu etnis Cina , demikian juga dengan Presiden Megawati berbuat yang sama kepada etnis Cina  dan Presiden SBY dapat bergandeng tangen dengan etnis Cina setelah memberikan hak yang sama seperti warga Indonesia yang lain .IMLEK besar besaran digelar disepanjang toko Pacinan dipasang umbul umbul merah berhuruf Cina .Kelenteng dibanjiri jemaahnya , barongsai menari nari sepanjang jalan . Perayan IMLEK di Jakarta menghadirkan Pres. SBY . Semua menerikkan Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa .

Sifatnya insidentil saja, menggunakan payung seloka itu untuk melindungi kelompoknya hanya saat sangat dibutuhkannya .Sedang kali lain akan mencampakkan semboyang itu lagi , mana kala telah terselamatkan kepentingannya justru malah berubah menjadi ikan besar yang membidik ikan ikan kecil , dan malah dapat menjelma menjadi naga raksasa yang dapat menghabiskan   seluruh isi kolam .

Yang menjadi pertanyaan mengapa dari dulu tak terpikirkan bahwa untuk memelihara ikan dalam satu kolam tak dibuat petak petak perlindungan yang menjadikan masing masing etnis , golongan , kelompok , satu sama lain tak mengancam dan terancam .

Ternyata jawabannya  , "tak perlu" itu akan mengurangi nasionalisme kita .Sebab itu akan menjadikan masyarakat terkotak kotak dalam SARA dan menjadi provinsialistis dan nanti pada gilirannya menjadi separatis .Sebenar pikiran demkian hanya pikiran emosional .Saat perjuangan memang seluruh masyarakat secara nasional bersatu padu bahu membahu mengusur penjajahan Belanda .Perlu perstuan seluruh bangsa.Sedangkan upaya pengkotak kotakan sebagai misalnya dalam bentuk federal  , yang dianggap mengurangi perasan nasional. Itu pikiran yang terlalu jauh ,seperti menghina negara Amerika , yang terkotak kotak menjadi negara bagian .Pada hal tak ada satupun negara negara bagian Amerika yang ingin lepas dari Amerika Sarikat , atau Amerika Serekat memang negara atau bangsa yang sudah tak punya nasionalisme seperti kita ?.

Nasionalisme yang mana , karena dari waktu kewaktu pengertian nasionalisme juga tidak tetap dan ikut menyesuaikan diri dengan yang memerlukannya , sikon dan waktu .  ?

Sudah terbukti seperti hidup ikan dalam kolam besar, nasionalisme yang tak jelas ,tanpa batasan atau batasannya menyesuaikn dengan kepentingannya , nasionalisme juga cenderung  telah menghancurkan pluralisme dan multikulturalisme . Bahkan di kolam lain lagi ada nasionaisme yang sempit  dapat mengancam lintas negara .

Nasionalisme , unitarisme , uniformalitasisme centralisme yang dipimpin modernisme , rasionalisme dan pragmatisme , dengan menggunakan kedok pembangunan telah sangat merugikan kepentingan provinsialisme , yang dapat berarti masyarakat  plurarisme dan multikulturalisme atau kata  lain dari masyarakat  Bhineka Tunggal Ika ,
Atau untuk lebih jelasnya sudah waktunya Bhineka Tunggal Ika mendapat penjelasan yang menyeluruh agar tak ada yang tersembunyi , dan termanipulasi .

Provinsialisme dan SARA  seharusnya terlindungi .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun